Minggu, 19 Februari 2017

prosal KTI



GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA MASA NIFAS DI DESA LUWUNG KECAMATAN MUNDU
KABUPATEN CIREBON
TAHUN 2016


PROPOSAL
KARYATULIS ILMIAH


ELPIYAH
NIM : 45430013013







PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
POLITEKNIK KESEHATAN BHAKTI PERTIWI HUSADA
CIREBON
2016




BAB I

PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Asuhan selama periode nifas perlu mendapatkan perhatian karena sekitar 60 % Angka Kematian Ibu terjadi pada periode ini. Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya           (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memprhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup           (Maritalia Dewi,2014 : 11).
Meningkatkan kesehatan ibu adalah salah satu dari tujuan Millenium
Development Goals (MDGs ) yang diadopsi oleh komunitas internasional pada tahun 2000. Di bawah MDGs, negara-negara berkomitmen untuk mengurangi angka kematian ibu sebanyak tiga perempat antara Tahun 1990 sampai 2015. Dinegara berkembang kematian ibu menjadi beban yang besar dikarenakan program MDGs yang berjalan sangat lambat dan tidak sebagaimana mestinya. Setiap tahunnya sekitar 287.000 wanita meninggal akibat komplikasi yang dialami pada masa kehamilan dan persalinan, 99% diantaranya terjadi di negara berkembang.

Angka kematian ibu di negara maju memiliki perbedaan yang sangat besar dibandingkan dengan negara berkembang, rasio kematian ibu di negara berkembang lebih tinggi yaitu 240/100.000 kelahiran hidup sedangkan di negara maju 16/100.000 kelahiran hidup (WHO, 2012).
Menurut WHO (2012), Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia tahun 2010 per 100.000 kelahiran hidup mencapai 220 orang dengan ibu komplikasi kebidanan antara lain perdarahan pervaginam 40%, ketuban pecah dini 30%, distosia bahu 20%, infeksi masa nifas 10%. memperkirakan lebih dari 2 per 100 ibu meninggal saat hamil, bersalin dan nifas, yang di sebabkan oleh berbagai faktor, kehamilan dengan resiko, persalinan yang berakhir dengan komplikasi dan infeksi pada masa nifas dan yang paling tinggi adalah persalinan dengan perdarahan. Tinggi nya angka kematian ibu hamil, nifas dan bersalin menunjukan buruknya pelayanan kesehatan, komplikasi tidak hanya terjadi ada masa kehamilan dan bersalin infeksi pada masa nifas juga menyumbang angka kematian ibu
Pada masa nifas dapat terjadi gangguan pada ibu seperti infeksi, sehingga menimbulkan kondisi yang berbahaya dan berujung kematian pada ibu. Di Indonesia sendiri setiap satu jam ada dua orang ibu yang meninggal dunia karena komplikasi pada masa nifas, penyebab kematian ibu yang paling besar adalah perdarahan 28% dan infeksi sebanyak 11%. Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)  tahun 2012, besarnya angka kematian ibu di Indonesia masih tergolong tinggi yaitu 358 Per 100.000 kelahiran hidup. (Depkes R.I, 2012).
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka Kematian Ibu  (AKI) senantiasa menjadi indikator keberhasilan sektor pembangunan kesehatan. AKI mengacu kepada jumlah kematian ibu yang terkait dengan masa kehamilan, persalinan dan nifas. Profil kesehatan Indonesia Tahun 2012 menyebutkan bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) tahun 2012 sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup, Angka ini mengalami peningkatan dibandingkan AKI tahun 2002  yaitu sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut  lebih tinggi dibandingkan dengan negara Singapura dan negara Malaysia, diharapkan untuk Indonesia sehat 2015, AKI menurun menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan Angka Kematian Data Dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2012 menunjukan bahwa AKI berjumlah 747 kasus (Dinkes jabar,2012).
Sementara itu data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2015, Jumlah Kematian Ibu ada 53 kasus dengan penyebabnya yaitu perdarahan 15 kasus, hipertensi dalam kehamilan 22 kasus, infeksi 2 kasus, partus lama 1 kasus, jantung 6 kasus dan lain-lain 7 kasus. Sedangkan, jumlah kematian ibu nifas pada tahun 2015 di Kabupaten Cirebon terdapat 67 kasus dengan penyebabnya infeksi nifas 33 kasus dan perdarahan nifas 34 kasus ( Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon,2015).


Berdasarkan data pada tahun 2015 di Puskesmas Mundu, Jumlah Kematian Ibu terdapat 0 kasus, sedangkan pada bulan maret-april tahun 2016 terdapat 2 kasus Kematian Ibu disebabkan oleh kelainan letak dan hipertensi dalam kehamilan. Kemudia diambil dari data Desa Luwung pada tahun 2015 jumlah Kematian Ibu berjumlah 0 kasus. 
Pada wanita atau ibu nifas menjelaskan mengenai tanda bahaya masa nifas sangat penting dan perlu, oleh karena masih banyak ibu dan wanita yang sedang hamil atau pada masa nifas belum mengenal tentang tanda bahaya masa nifas, baik yang diakibatkan masuknya kuman kedalam alat kandungan seperti eksogen (kuman datang dari luar), autogen (kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh) dan endogen (dari jalan lahir sendiri) (Mochtar Rustam,2011).
Berdasarkan hasil terhadap pendahuluan pada 10 orang ibu nifas terdapat 6 orang belum mengetahui tanda bahaya masa nifas sehingga penulis berkesimpulan masih banyak ibu-ibu yang pengetahuan dan pendidikan rendah sehingga tidak mengetahui tentang tanda bahaya masa nifas, sedangkan 4 orang sudah mengetahui tanda bahaya masa nifas.
Dari latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Tanda Bahaya Masa Nifas di Desa Luwung Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon Tahun 2016”.


B.     Perumusan  Masalah
Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Bagaimanakah Gambaran  Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Tanda-Tanda Bahaya Masa Nifas Di Desa Luwung Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon Tahun 2016?

C.      Tujuan Penelitian
1.         Tujuan Umum
Mengetahui  gambaran pengetahuan ibu nifas tentang tanda bahaya masa nifas di Desa Luwung Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon Tahun 2016.
2.         Tujuan Khusus
a.       Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu nifas tentang pengertian tanda bahaya masa nifas di Desa Luwung Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon Tahun 2016.
b.      Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu nifas tentang macam-macam tanda bahaya masa nifas di Desa Luwung Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon Tahun 2016.

D.      Manfaat Penelitian
1.      Manfaat Teoritik
Hasil penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan kajian manajemen sumber daya manusia, khususnya dalam ruang lingkup upaya maningkatkan kesejahteraan masyarakat Luwung Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon.
2.      Manfaat Praktik
a.        Bagi Ibu Nifas
Akan memperoleh penigkatan pengetahuan dan menambah wawasan dan pengalaman tentang tanda bahaya masa nifas.
b.      Bagi Petugas Kesehatan di Puskesmas
Hasil peneliti ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan/meningkatkan kualitas pelayanan yang sudah baik menjadi pelayanan yang lebih baik lagi bagi segenap tenaga kesehatan dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dalam memberikan informasi (konseling) dan pelayanan, serta meningkatkan Pencegahan infeksinya terutama tentang tanda bahaya masa nifas.
c.       Bagi Penelitian
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan untuk meningkatkan pemberian informasi yang berkaitan dengan tanda bahaya masa nifas.

d.      Bagi Institusi Pendidikan
Peneliti ini diharapkan memberikan manfaat sebagai bahan referensi atau bacaan bagi mahasiswa untuk melakukan penelitian yang lebih lanjut khususnya tentang tanda bahaya masa nifas.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.      Konsep Pengetahuan
1.                Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap objek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga ( A wawan dan Dewi,2014:11).
Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mudah berpengetahuan rendah pula. Hal ini mengingat bahwa peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan non formal saja, akan tetapi dapat diperoleh melalui pendidikan non formal.

Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu (A wawan dan Dewi,2010 : 11).

2.                Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior). Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan ynag cukup didalam domain kognitif mempunya 6 tingkat yaitu :              (A wawan dan Dewi,2010 : 11).
a.    Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termsuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahwa yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya.

b.    Memahami (Comprehention)
Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yyag diketahui dan dimana dapat menginterprestasikan secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi terus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap suatu objek yang dipelajari.
c.    Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemempuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi rill (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d.   Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu objek keadaan komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e.    Sintesis ( Syntesis)
Sintetis yang dimaksud menunjukan pada suatu kemampuan untuk melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian di daam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi yang ada.

f.       Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteris yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteris-kriteria yang telah ada.

3.             Cara Memperoleh Pengetahuan
Cara memperoleh pengetahuan adalah sebagai berikut : (A wawan dan Dewi,2010 : 14).
a.    Cara kuno untuk memperoleh pengetahaun
1)        Cara coba salah (Trial and Error)
Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidka berhasil maka dicoba. Kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat dipecahkan.
2)        Cara kekuasaan atau otoritas
Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin– pemimpin masyarakat baik formal atau informal, ahli agama, pemegang pemerintah, dan berbagai prinsip orang lain yang menerima mempunyai yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri.

3)        Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Pengalaman Pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu.

b.   Cara modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular atau disebut metodologi penelitian. Cara ini mula- mula dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Deven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian ilmiah.

4.             Faktor- faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
a.         Faktor Internal
1)    Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.
Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup (A wawan dan Dewi,2010 : 16).
2)    Pekerjaan
Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menujang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempengaruhi terhadap kehidupan keluarga (A wawan dan Dewi,2010 : 17).
3)      Usia
Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan  menurut Martilia Dewi (2014) Usia akan mempengaruhi kemampuan dan kesiapan diri ibu dalam melewati masa nifasa dan menyusui. Ibu yang berusia 18 tahun akan berbeda dalam melewati masa nifas dan menyusui dibandingkan dengan ibu yang berusia 40 tahun.





b.        Faktor Eksternal
1)        Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok (A wawan dan Dewi,2010 : 18).
2)       Sosial Budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi (A wawan dan Dewi,2010 : 18).

5.              Kriteria Tingkat Pengetahuan
Menurut Arikunto (2006) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kuantitatif, yaitu :
1)             Baik     : Hasil presentase 76%-100%
2)             Cukup             : Hasil presentase 56%-75%
3)             Kurang            : Hasil presentase > 56%






B.       Konsep Nifas
1.      Pengertian Nifas
Masa Nifas adalah masa dimulai dari beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan. Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu ( Marmi,2012 : 11).
Masa Nifas atau masa puerperium adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6 minggu atau 42 hari ( Maritalia Dewi, 2014 : 11).
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu ( Ari Sulistyawati,2009 : 01).

2.    Tujuan Asuhan Kebidanan
           Pada masa ini terjadi perubahan-perubahan fisik maupun psikis berupa organ reproduksi terjadi proses laktasi, terbentuknya hubungan antara orangtua dan bayi dengan memberi dukungan. Atas dasar tersebut pula dilakukan suatu pendekatan antara ibu dan keluarga dalam manajemen kebidanan. Adapun tujuan dari pemberian asuhan pada masa nifas untuk :


a.    Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.
b.     Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi dini, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan bayinya.
c.    Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi sehari-hari.
d.   Memberikan pelayanan keluarga berencana (KB).
e.    Mendapatkan kesehatan emosi (Marmi,2014 : 11).

3.        Tahapan Masa Nifas
Menurut Maritalia Dewi (2014), Masa nifas dibagi menjadi tiga tahap, yaitu :
a.    Puerperium dini
        Merupakan masa pemulihan awal dimana ibu diperbolahkan untuk berdiri dan berjalan-jalan. Ibu yang melahirkan per vagina tanpa komplikasi dalam 6 jam pertama setelah kala IV dianjurkan untuk mobilisasi segera.
b.    Puerperium intermedial
        Suatu masa pemulihan dimana organ-organ reproduksi secara berangsur-angsur akan kembali ke keadaan sebelum hamil. Masa ini berlangsung sela kurang lebih 6 minggu atau 42 hari.


c.    Remote puerperium
        Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan sempurna terutama bila ibu selama hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi. Rentang waktu remote puerperium berbeda untuk setiap ibu, tergantung dari berat ringannya komplikasi yang dialami selama hamil atau persalinan (Maritalia Dewi, 2014 : 12).

4.        Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Kebijakan program nasional yang telah dibuat oleh pemerintah mengenai masa nifas merekomendasikan paling sedikit empat kali melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk :
1)        Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
2)        Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya.
3)        Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.
4)        Menangani komplikasi atau masalah yang timbul atau menggaggu kesehatan ibu nifas maupun bayinya.
Berikut ini merupakan aturan waktu dan bentuk asuhan yang wajib diberikan sewaktu melakukan kunjungan masa nifas :



Tabel 1.1
Kunjungan masa nifas
Kun-jungan
Waktu
Asuhan



I









6-8 jam post partum
1.    Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena atonia uteri.
2.    Mendeteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan serta melakukan rujukan bila perdarahan berlanjut.
3.    Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang cara mencegah perdarahan yang disebabkan atonia uteri.
4.    Pemberian ASI awasl.
5.    Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
6.    Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi.
7.    Setelah bidan melakukan pertolongan persalinan, maka bidan harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai keadaan ibu dan bayi baru lahir dalam keadaan baik.



II

6 hari
post partum
1.    Memastikan involusi uterus berjalan dengann normal, uterus berkontraksi dengan baik, tinggi fundus uteri dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal.
2.    Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup.
3.    Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan cukup cairan.
4.    Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada tanda-tanda kesulitan menyusui.
5.    Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir.

III

2 minggu post partum
1.     Memastikan involusi uterus berjalan dengann normal, uterus berkontraksi dengan baik, tinggi fundus uteri dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal.
2.    Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup.
3.    Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan cukup cairan.
4.    Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada tanda-tanda kesulitan menyusui.
5.    Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir.

IV
6 minggu post partum
1.     Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa nifas.
2.     Memberikan konseling KB secara dini.
(Marmi,2014 : 13).






5.    Perubahan Fisiologi Masa Nifas
                        Pada masa nifas, organ reproduksi interna dan eksterna akan mengalami perubahan seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan ini terjadi secara berangsur-angsur dan berlangsung selama lebih kurang tiga bulan. Selain orgmerupakanan reproduksi, beberapa perubahan fisiologi yang terjadi selama masa nifas akan dibahas berikut ini :
a.    Uterus
        Uterus merupakan organ reproduksi interna yang berongga dan berotot berbentuk seperti buah alpuket yang sedikit gepeng dan berukuran sebesar telur ayam. Panjang uterus sekitar 7-8 cm, lebar sekitar 5-5,5 cm dan tebal sekitar 2,5 cm. Letak uterus seara fisiologis adalah anteversiofleksio. Uterus terdiri dari otot polos dan tersusun atas 3 lapis,yaitu :
1)   Perietrium, yaitu lapisan telur yang berfungsi sebagai pelindung      uterus.
2)   Miometrium, yaitu lapisan yang kaya akan sel otot dan berfungsi untuk kontraksi dan relaksasi uterus dengan melebar dan kebali ke bentuk semula setiap bulannya.
3)   Endometrium, merupakan lapisan terdala yang kaya akan sel darah merah. Bila tidak terjadi pembuahan maka dinding miometriu akan meluruh bersaa dengan sel ovum matang.
Perubahan – perubahan normal pada uterus selama postpartum adalah ssebagai berikut :

Tabel 1.2
Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi
No
Waktu Involusi
Tinggi Fundus Uteri
Berat Uterus
1
Bayi Lahir
Setinggi Pusat
1000 gram
2
Plasenta Lahir
2 jari dibawah pusat
750 gram
3
1 Minggu
Pertengahan pusat-simfisis
500 gram
4
2 Minggu
Tidak teraba diatas simfisis
350 gram
5
6 Minggu
Bertambah kecil
50 gram
6
8 Minggu
Normal
30 gram
  (Rukiyah,2013:57).


b.   Serviks
          Serviks erupakan bagian dasar dari uterus yang bentuknya menyempit sehingga disebut juga sebagai leher rahim. Serviks menghubungkan uterus dengan saluran vagina dan sebagai jalan keluarnya janin dari uterus menuju saluran vagina pada saat persalinan.


c.    Vagina
          Vagina merupakan saluran yang menghubungkan rongga uterus dengan tubuh bagian luar. Dinding depan dan belakang vagina berdekatan satu sama lain dengan ukuran panjang ± 6,5 cm dan        ± 9 cm.  Bentuk vagina sebelah dalam berlipat-lipat dan disebut rugae. Lipatan- lipatan ini memungkinkan vagina melebar pada saat persalinan dan sesuai dengan fungsinya sebagai bagian lunak jalan lahir.
  Karakterilstik lohea dalam masa nifas adalah sebagai berikut :
1)        Lohea rubra / kruenta  
Timbul pada hari 1-2 postpartum ; terdiri dari darah segar bercampur sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa vernik kaseosa, lanugo dan mekoneum.
2)      Lochea Sanguinolenta
Timbul pada hari ke 3 sampai dengan hari ke 7 postpartum ; kerakteristik lochea sanguinolenta berupa darah bercampur lendir.
3)        Lochea Serosa
Merupakan cairan berwarna agak kuning, timbul setelah 1 minggu postpartum.
4)        Lochea Alba
Timbul setelah 2 minggu postpartum dan hanya merupakan cairan putih.


Normalnya lochea agak berbau amis, kecuali bila terjadi infeksi pada jalan lahir, baunya akan berubah menjad berbau busuk. Bila lochea berbau busuk segera ditangani agar ibu tidak mengalami infeksi lanjut atau sepsrois.

d.   Vulva organ reproduksi
      Vulva merupakan organ reproduksi eksterna, berbentuk lonjong, bagian  depan dibatasi oleh clitoris, bagian belakang oleh perineum, bagian kiri dan kanan oleh labia minora. Pada vulva, dibawah clitoris, terdapat orifisum uretra eksterna yang berfungsi sebagai tempat kelurnya urin. Sama halnya dengan vagina, vulva juga mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi. Beberapa hari pertama sesudah proses melahirkan vulva tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva akan kembali pada keadaan tidak hamil dan labia menjadi lebih menonjol.

e.    Payudara (Mamae)
          Payudara atau mamae adalah kelenjar yang terletak dibawah kulit, di atas otot dada. Secara makroskopis, struktur payudara terdiri dari korpus (badan), areola dan papilla atau puting. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu (Air Susu Ibu) sebagai nutrisi bagi bayi.


f.         Tanda –tanda vital
                    Tanda-tanda vital merupakan tanda-tanda penting pada tubuh yang dapat berubah bila tubuh mengalami gangguan atau masalah. Tanda-tanda vital yang sering digunalan sebagai indikator bagi tubuh yang mengalami gangguan atau masalah kesehatan adalah nadi, pernafasan, suhu dan tekanan darah. Tanda – taamnda vital ini biasanya saling mempengarnda vuhi satu sama lain. Artinya, bila suhu tubuh meningkat, mda-taaka nadi dan pernafasan juga akan meningkat, dan sebaiknya. Tanda – tanda vital yang berubah selama masa nifas adalah :
1)     Suhu Tubuh
                        Setelah proses persalinan, suhu tubuh dapat meningkat sekitar 0,5 °Celcius dari keadaan normal (36°C – 37,5 °C), namun tidak lebih dari 38°C. Hal ini disebabkan karena maningkatnya metabolisme tubuh pada saat proses persalinan. Setelah 12 jam postpartum, suhu tubuh yang maningkat tadi akan kembali sepeti keadaan semula. Bila suhu tubuh tidak kembali ke keadaan normal atau semakin meningkat, maka perlu dicurigai terhap kemungkinan terjadinya infeksi.
2)     Nadi
                           Denyut nadi normal berkisar antara 60-80 kali per menit. Pada saat proses persalinan denyut nadi akan mengalami peningkatan. Setelah proses persalinan selesai frekwensi denyut nadi dapat sedikit lebih lambat. Pada masa nifas biasanya denyut nadi akan kembali normal.
3)   Tekanan Darah
                        Tekanan darah normal untuk systole berkisar antara 110-140 mmHg dan untuk diastole antara 60-80 mmHg. Setelah partus, tekanan darah dapat sedikit lebih rendah dibandingkan pada saat hamil karena terjadinya perdarahan pada proses persalinan. Bila tekanan darah mengalami peningkatan lebih dari 30 mmHg pada systole atau lebih dari 15 mmHg pada systole perlu dicurigai timbulnya hipertensi atau preeklamsi postpartum.
4)   Pernafasan
                        Frekwensi pernafasan normal berkisar antara 18-24 kali per menit. Pada saat partus frekwensi pernafasan akan meningkat karena kebutuhan oksigen yang yang tinggi untuk tenaga ibu meneran / mengejan dan mempertahankan agar persediaan oksigen ke janin tetap terpenuhi. Setelah partus selesai, frekwensi pernafasan biasanya berhubungan dengan suhu dan denyut nadi.

g.         Hormon
                 Selama kehamilan terjadi peningkatan kadar hormone esrogen dan progesterone. Hormon tersebut berfungsi untuk mempertahankan agar dinding uterus tetap tumbuh dan berproliferasi sebagai media tempat tumbuh dan berkembangnya hasil konsepsi. Sekitar 1-2 minggu sebelum partus dimulai, kadar hormon estrogen dan progesterone akan menurun.

h.   Sistem peredaran darah (Cardio Vascular)
                    Perubahan horone selama hamil dapat menyebabkan terjadinya hemodilusi sehingga kadar Hemoglobin (Hb wanita hamil biasanya sedikit lebih rendah dibandingkan dengan wanita tidak hamil. Selain itu, terdapat hubungan antara sirkulasi darah ibu dengan sirkulasi janin melaui plasenta. Setelah janin dilahirkan, hubungan sirkulasi darah tersebut akna terputus sehingga volume darah ibu relative akan meningkat. Keadaan ini terjadi secara cepat dan mengakibatkan beban kerja jantung sedikit meningkat. Namun hal tersebut segera diatasi oleh system homeostatis tubuh dengan mekanisme kompensasi berupa timbulnya hemokonsentrasi sehingga volume darah akan kembali normal. Biasanya ini akan terjadi sekitar 1 sampai 2 minggu setelah melahirkan.

i.      Sistem Pencernaan
                    Pada ibu yang melahirkan dengan cara operasi (Sectio Caesarea) biasanya membutuhkan waktu sekitar 1-3 hari agar fungsi cairan cerna dan nafsu makan dapat kembali normal. Ibu yang melahirkan secara spontan biasanya lebih cepat lapar karena telah mengeluarkan energi yang begitu banyak pada saat proses melahirkan. Buang air besar (BAB) biasanya mengalami perubahan pada 1-3 hari pertama postpartum. Hal ini disebabkan terjadinya penurunan tonus otot selama proses persalinan. Selain itu, enema sebelum melahirkan, kurang asupan nutrisi dan dehidrasi serta dugaan ibu terhadap timbulnya rasa nyeri disekitar anus / perineum setiap kali akan b.a.b juga mempengaruhi defekasi secara spontan. Faktor-faktor tersebut sering menyebabkan sering timbulnya konstipasi pada ibu nifas dalam minggu pertama. Kebiasaan defekasi yang teratur perlu dilatih kembali setelah tonus otot kembali normal.

j.            Sistem perkemihan
Diuresis postpartum normal terjadi 24 jam setelah melahirkan sebagai respon terhadap penurunan estrogen. Kandung kencing masa nifas mempunyai kapasitas yang bertambah besar dan relative tidak sensitive terhadap tekanan cairan intravesika. Urin dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam waktu 12 – 36 jam sesudah melahirkan (Rukiyah,2013: 65 ).

k.   Sistem Endokrin
Keadaan hormone plasenta menurun dengan cepat, hormone plasenta laktogen tidak dapat terdeteksi dalam 24 jam post partum, hormone HCG menurun dengan cepat, estrogen turun sampai 10% (Rukiyah, 2013: 72).
6.        Perubahan Psikologi Masa Nifas
                        Perubahan psikologi sebenarnya sudah terjadi pada saat kehamilan. Menjelang persalinan, perasaan senang dan cemas bercampur menjadi satu. Perasaan senang timbul karena akan berubah peran menajdi seorang ibu dan segera bertemu dengan bayi yang telah lama dinanti-nantikan. Timbulnya perasaan cemas akarena khawatir terhadap calon bayi yang akan dilahirkan, apakah bayi akan lahir sempurna atau tidak.
                        Adanya perasaan kehilangan sesuatu secara fisik sesudah melahirkan akan menjurus pada suatu reaksi perasaan sedih. Kemurungan dan kesedihan dapat semakin bertambah oleh karena ketidaknyamanan secara fisik, rasa letih setelah proses persalinan, stress, kecemasan, adanya ketegangan dalam keluarga, kurang istirahat karena harus melayani keluarga dan tamu yang berkunjung untuk melihat bayi atau sikap petugas yang tidak ramah.
                        Minggu-minggu pertama masa nifas merupakan masa rentan bagi seorang ibu. Pada saat yang sama, ibu baru (primipara) mungkin frustasi karena  merasa tidak kompeten dalam merawat bayi dan tidak mampu mengontrol situasi. Semua wanita akan mengalami perubahan ini, namun penanganan yang dilakukan  dari setiap wanita untuk mengatasinya pasti akan berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh pola asuh dalam keluarga dimana wanita tersebut dibesarkan, lingkungan, adat istiadat setempat, suku, bangsa, pendidikan serta pengalaman yang didapat (Maritalia Dewi,2014 :30).
a.      Adaptasi Psikologis Ibu Dalam Masa Nifas
     Pada primipara, menjadi orang tua merupakan pengalaman tersendiri dan sapat menimbulkan stress apabila tidak ditangani dengan segera. Perubahan peran wanita biasa menjadi seorang ibu memerlukan adaptasi sehingga moral yang sangat cepat setelah proses melahirkan juga ikut mempengaruhi keadaan emosi dan proses adaptasi ibu pada masa nifas. Fase-fase yang akan dialami oleh ibu pada masa nifas antara lain adalah sebagai berikut :
1)              Fase Taking In
          Merupakan fase ketergantungan yang berlangsung dari hari pertama sampai hari ke dua setelah melahirkan. Ibu terfokus pada dirinya sendiri sehingga cenderung pasif terhadap lingkungannya. Ketidaknyamanan yang dialami ibu lebih disebabkan karena proses persalinan yang baru saja dilaluinya. Rasa mules, nyeri pda jalan lahir, kurang tidur atau kekelahan, merupakan hal yang sering dikeluhkan oleh ibu. Pada fase ini, kebutuhan istirahat, asupan nutrisi dan komunikasi yang baik harus dapat terpenuhi. Bila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, ibu dapat mengalami gangguan psikologis berupa : kekecewaan pada bayinya, ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan fisik yang dialami, rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya dan kritikan suami atau keluarga tentang perawatan bayinya.

2)        Fase Taking Hold
                        Merupakan fase yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab dalam perawatan bayinya. Perasaan ibu lebih sensitif sehingga mudah tersinggung. Hal yang perlu diperhatikan adalah komunikasi yang baik, dukungan dna pemberian penyuluhan atau pendidikan kesehatan tentang perawatan diri dan bayi, cara menyusui yang baik dan benar, cara perawatan luka jalan lahir, mobilisasi postpartum, senam nifas, nutrisi, istirahat, kebersihan diri dan lain-lain.
3)      Fase Letting Go
                        Fase ini merupakan fase menerima tanggungjawab akan peran barunya sehingga seoranng ibu. Fase ini berlagsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai dapat menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya dan siap menjadi pelindung bagi bayinya. Perawatan ibu terhadap diri dan bayinya semakin meningkat. Rasa percaya diri ibu akan peran barunya mulai tumbuh, lebih mandiri dalm memenuhi kebutuhan dirinya dan bayinya. Dukungan suami dan keluarga dapat membantu ibu untuk lebih menigkatkan rasa percaya diri dalam merawat bayinya. Kebutuhan akan istirahat dan  nutrisi yang cukup masih sangat diperlukan ibu untuk menjaga kondisi fisiknya.

b.   Postpartum Blues (Baby Blues)
        Postpartum blues merupakan perasaan sedih yang dialami oleh seorang ibu berkaitan dengan bayinya. Biasanya muncul sekitar 2 hari smapai 2 minggu sejak kelahiran bayi. Keadaan ini disebabkan oleh perubahan perasaan yang dialami ibu saat hamil sehingga sulit menerima kehadiran bayinya. Perubahan perasaan ini merupakan respon alami terhadap rasa lelah yang dirasakan. Selain itu juga karena perubahan fisik dan emosional selama bebrapa bulan kehamilan. Perubahan hormone yang sangat cepat antara kehamilan dan setelah proses persalinan sangat berpengaruh dalam hal bagaimana ibu bereaksi terhadap situasi yang berbeda.
        Setelah melahirkan dan terlepasnya plasenta dari dinding rahim, tubuh ibu menglami perubahan besar dalam jumlah hormone sehingga membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri. Disangmping perubahan fisik hadirnya seorang bayi dapat mmebuat perbedaan besar daam kehidupan ibu dalam hubungannya dengan suami, orang tua, maupun anggota keluarga lain. Perubahan ini kana kembali secara perlahan setelah ibu menyesuaikan diri dengan peran barunya dan akan hilang dengan sendiirinya sekitar 10-14 hari setelah melahirkan.Ibu yang mengalami baby blues akan mengalami perubahan perasaan, menangis, cemas, kesepian, khawatir yang berlebihan mengenai sang bayi, penurunan gairah sex, dan kurang percaya diri terhadap kemampuan menjadi seorang ibu. Jika hal ini terjadi, ibu disarankan untuk melakukan hal-hal sebagai berikut :
1)        Minta suami atau keluarga untuk mmebantu dalam merawat bayi atau melakukan tugas-tugas rumah tangga sehingga ibu bisa cukup istirahat untuk menghilangkan kelelahan.
2)        Komunikasikan dengan suami atau keluarga mengenai apa yang sedang ibu rasakan, mintalah dukungan dan pertolongannya.
3)        Buang rasa cemas dan kekhawatiran yang berlebihan akan kemampuan merawat bayi.
4)        Carilah hiburan dan luangkan waktu untuk istirahat dan menyenangkan diri sendiri, misalnya dengan cara menonton, membaca atau mendengar musik.

c.    Depresi Post Pratum
        Kesediha atau kemurungan yang dialami ibu pada masa nifas merupakan hal yang normal. Keadaan ini disebabkan oleh perubahan yang terjadi dalam tubuh seorang wanita selama kehamilan dan setelah bayi lahir. Seorang ibu primipara lebih beresiko menglami kesedihan atau kemurungan postpartum karena ia belum mempunyai pengalaman dalam merawat dan menyusui bayinya. Kesedihan atau kemurungan yang terjadi pada masa awal masa nifas merupakan hal yang umum dan akan hilang sendiri dalam dua minggu sesudah melahirkan setelah ibu melewati proses adaptasi.
        Ada kalanya ibu merasakan kesedihan karena kebebasan, otonimi, interaksi sosial, kemandirinnya berkurang setelah mempunyai bayi. Hal ini akan mengakibatkan depresi pasca persalinan (depresi postpartum). Ibu yang mengalami depresi postpartum akan menunjukan tanda-tanda sebagai berikut : sulit tidur, tidak ada nafsu makan, perasaan tidak berdaya atau kehilangan kontrol, terlau cemas atau tidak perhatian sama sekali pada bayinya, tidak menyukai atau takut menyentuh bayi, pikiran yang menakutkan mengenai bayi, sedikit atau tidak ada perhatian terhadap penampilan diri, gejala fisik seperti sulit bernafas atau perasan berdebar-debar.
        Jika ibu mengalami sebagian tanda-tanda seperti yang tersebut di atas sebaiknya lakukan konseling pada ibu dan keluarga. Penanganan yang cepat dan tepat perlu segera dilakukan untuk mencegah agar tidak menjadi lebih parah. Jika depresi berkepanjangan ibu perlu mendapatkan peawatan dan terapi khusus di rumah sakit.

d.   Respon Antara Ibu dan Bayi Setelah Persalinan
1)                  Touch (Sentuhan)
                        Sentuhan yang dilakukan ibu poada bayinya seperti membelai-belai kepala bayi dengna lembut, mencium bayi, menyentuh wajah dan ekstremitas, memeluk dan menggendong bayi dapat membuat bayi merasa aman dan nyaman. Biasanya bayi akan memberikan respon terhadap sentuhan ibu dengan cara menggenggam jari ibu atau memegang seubtai rambut ibu. Gerakan lembut ibu ketika menyentuh bayinya akan menenangkan bayi. Hal ini akan terus berlanjut seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan bayi. Seiring kita jumpai, ketika seorang anak sedang mengalami masalah atau menangis, dia akan segera berlari ke pelukan ibunya untuk mendapatkan rasa aman dan nyaman yang akan membuatnya tenang. 
2)      Eye To Eye Contact (Kontak Mata)
                        Kontak mata mempunyai efek yang erat terhadap perkembangan dimulainya hubungan dan rasa percaya sebagai faktor yang penting sebagai hubungan antar manusia pada umumnya. Bayi baru lahir dapat memusatkan perhatian pada suatu objek, satu jam setelah kelahiran pada jarak sekitar 20-25 cm, dan dapat memusatkan pandangan sebagai orang dewasa sekitar 4 bulan. Kontak mata antara ibu dan bayinya harus dilakukan sesegera mungkin setelah bayi lahir. Setelah dilakukan pemotongan tali pusat, sebelum dilakukan IMD, sebaiknya bayi diperlihatkan dulu pada ibu agar ibu bisa melihat keadaan bayinya dan ini akan membuat ibu merasa tenang. Kontak mata antara ibu dan bayi hendaknya dapat terus dipertahankan setiap kali ibu berkomunikasi dengan bayinya. Hal ini bisa dilakukan ketika ibub memberikan ASI pada bayinya, memandikan bayi, mengganti popok atau melakukan tindakan lainnya.
3)      Odor (Bau Badan)
                        Begitu dilahirkan, indra penciuman bayi sudah berkembang dengan baik dan sangat berperan dalam nalurinya untuk mempertahankan hidup oleh karena itu, ketika dilakukan IMD (Inisiasi Menyesui Dini), kedua telapak tangan bayi tidak boleh dibersihkan agar bau air ketuban yang ada di tangan tersebut tetap terjaga dan menjadi panduan bagi bayi untuk menemukan putting susu ibunya.
                        Pada akhir minggu pertama kehidupannya seorang bayi dapat mengenali ibunya dari bau badan dan air susu ibunya. Indra penciuman bayi akan terus terasah jika seorang ibu dapat terus memberikan ASI pada bayinya.
4)      Body Warm ( Kehangatan Tubuh)
                        Bayi baru lahir sangat mudah mengalami hypotermi karen atidak ada lagi air ketuban yang melindunginya dari perubahan suhu yang terjadi secara ekstrim di luar uterus. Jika tidak ada komplikasi yang serius pada ibu dan bayi selama proses persalinna, bayi dapat diletakan di atas perut ibu segera setelah dilakukan pemotongan tali pusat. Kontak antara ibu dan bayi yang dilakukan segera setelah lahir ini dikenal dengan istilah Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Inisiasi Menyusu Dini memberikan banyak manfaat baik bagi ibu maupun bayi. Selain mencegah hypotermi, IMD juga dapat meningkatkan bounding attachment antara ibu dan bayi, meng-explore bayi dalam menemukan putting susu ibunya sebagai langkah awal kehidupan daam mempertahankan diri, merangsang pengeluaran oksitoksin yang berfungsi untuk kontraksi uterus sehingga dapat mengurangi resiko perdarahan postpartum.
5)         Voice (Suara)
          Sistem pendengaran janin sudah mulai berfungsi pada usia sekitar 30 minggu atau memasuki trimester ketiga kehamilan. Sejak dilahirkan, bayi dapat mendengarka suara-suara dan membedakan nada, meskipun suara-suara tersebut terhalang selama beberapa hari oleh cairan amnion dari rahim yang melekat pada telinga. Respon yang diberikan bayi pada ibu berupa tangisan pertama setelah lahir akan membuat ibu merasa senang karena bayi telah lahir dengan selamat.
6)         Entrainment (Gaya Bahasa)
          Bayi baru lahir mulai membedakan dan menemukan perubahan struktur bicara dan bahasa dari orang-orang yang berada disekitarnya. Perubahan nada suara ibu ketika berkomunikasi dengan bayinya seperti bercerita, mengajak bercanda atau sedang memarahi bayi, secara perlahan mulai dapat memahami dan dipelajari bayi. Bayi akan berespon dengan mengeluarkan suara-suara tertentu dari  mulutnya ketika ibu sedang mengajaknya bercanda. Sebaliknya, bila ibu memarahi atau mengeluarkan suara yang agak keras dan tegasa terhadap tingkah laku bayi yang tidak diinginkannya, bayi akan terdiam atau bahkan menangis. Perkembangan bayi dalam berbicara dan bahasa dipengaruhi dan diatur jauh sebelum ia menggunakan bahasa dalam berkomunikasi yang sesungguhnya.
7)         Biorhytmic (Irama Kehidupan)
          Di dalam rahim janin belajar menyesuaikan diri dengan irama alamiah ibunya, seperti detak jantung. Selama lebih kurang 40 minggu di dalam rahim, janin terbiasa mendengar suara detak jantung ibu (Maritalia Dewi, 2014 : 38).

e.    Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas
        Ibu yang berada dalam masa nifas mempunyai kebutuhan dasar khusus agar dapat melewati maa nifas dengan aman, sehat dan sejahtera sekali gus menunjang keberhasilan menyusui. Kebutuhan masa nifas antara lain sebagai berikut :
1)                  Nutrisi dan Cairan
                        Ibu nifas aharus mengkonsumsi makanan yang mengandung zat-zat yang berguna bagi tubuh ibu pasca melahirkan dan untuk persiapan produksi ASI, bervariasi dan seimbang, terpenuhi kebutuhan karbohidrat, protein, zat besi, vitamin dan mineral untuk mengatasi anemia, cairan dan serat untuk memperlancar ekskresi.
                        Nutrisi yang dikonsumsi harus bermutu tinggi, bergizi dan mengandung cukup kalori yang berfungsi untuk proses metabolisme tubuh. Kebutuhan kalori wanita dewasa yang sehat dengan berat badan 47 kg diperkirakan sekitar 2.200 kalori/hari. Ibu yang berada dalam masa nifas dan menyusui membutuhkan kalori yang sama dengan wanita dewasa, ditambah 700 kalori pada 6 bulan pertama untuk memberikan ASI eksklusif dan 500 kalori pada bulan ke tujuh dan selanjutnya.
                        Ibu juga dianjurkan untuk minum setiap kali dan menjaga hidrasi sedikitnya 3 liter setiap hari. Tablet besi masih tetap diminum untuk mencegah anemia, minimal sampai 40 hari post partum. Vitamin A (200.000 IU) dianjurkan untuk mempercepat  proses penyembuhan pasca salin dan mentransfernya ke bayi melaui ASI.
                        Ibu nifas yang membatasi asupan kaori secara berlebihan sehingga menyebabkan terjadinya penurunan berat badan lebih dari setengah Kg/minggu, akan mempengaruhi produksi ASI (Maritalia Dewi,214 : 47).

2)                  Ambulasi
                        Pada persalinan normal, ibu tidak terpasang infus dan kateter serta tanda-tanda vital berada dalam batas normal, biasanya ibu diperbolehkan ke kamar mandi dengan dibantu, satu atau dua jam setelah melahirkan. Namun sebelumnya ibu diminta untuk melakukan latihan menarik nafas yang dalam serta latihan tungkai sederhana dengan cara mengayunkan tungkainya di tepi tempat tidur.
                        Mobilisasi sebaiknya dilakukan secara bertahap. Diawa dengan gerakan miring ke kanan dan ke kiri di atas tempat tidur mobilisasi ini tidak mutlak, bervariasi tergantung pada ada tidaknya komplikasi persalinan, nifas dan status kesehatan ibu sendiri. Terkait dengan mobilisasi, ibu sebaiknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a)        Mobilisasi jangan dilakukan terlau cepat karena bisa menyebabkan ibu terjatuh. Apalagi bila kondisi ibu masih lemah atau memiliki penyakit jantung. Namun, mobilisasi yang terlambat dilakukan juga tidak baik bagi ibu karena bisa menyebabkan gangguan fungsi organ tubuh, tersumbatnya airan darah, gangguan fungsi otot-rangka dan lain-lain.
b)        Pastikan bahwa ibu bisa melakukan gerakan-gerakan tersebut di atas secara bertahap, jangan terburu-buru.
c)        Pemulihan pasca salin akan berlangsug lebih cepat bila ibu melakukan mobilisasi dengn benar dan tepat, terutama untuk sistem peredaran darah, pernafasan dan otot-rangka.
Jangan melkaukan mobilisasi secara berlebihan karena bisa menyebabkan meningkatnya beban kerja jantung (Maritalia Dewi,214 : 48).

3)        Eliminasi
                        Pada kala IV persalinan pemantauan urin dilakukan selama 2 jam, setiap 15 menit sekali pada 1 jam pertama dan 3 menit sekai pada jam berikutnya. Pemantauan urin dilakukan untuk memastikan kandung kemih tetap kosong sehingga uterus dapat berkontraksi dengan baik. Dengan adanya kontraksi uterus yang adekuat diharapkan perdarahan post partum dapat dihindari.
                        Memasuki masa nifas, ibu diharapkan untuk berkemih dalam 6-8 jam pertama. Pengeluaran urin masih tetap dipantau dan diharapkan setiap kai berkemih urin yang keluar minimal sekitar 150 ml. Ibu nifas yang mengalami kesulitan dalam berkemih kemungkinan disebabkan oleh menurunnya tonus otot kandung kemih, adanya edema akibat trauma persalinan dan rasa takut timbulnya rasa nyeri setiap kai berkemih.
                        Kebutuhan untuk defekasi biasanya timbul pada hari pertama sampai hari ke tigapost partum. Kebutuhan ini dapat terpenuhi bila ibu mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi serat, cukup cairan dan melakukan mobilisasi dengan baik dan benar. Bila lebih dari waktu tersebut ibu belum mengalami defekasi mungkin perlu diberikan obat pencahar (Maritalia Dewi,214 : 49).

4)                  Kebersihan Diri/ Perineum
                        Kebersihan adalah keadaan bebas dari kotoran, termasuk diantaranya debu, sampah, bau, virus, bakteri patogen dan bahan kimia berbahaya. Kebersihan merupakan salah satu tanda dari keadaan hygiene yang baik. Manusi perlu menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan diri agar sehat, tidak bau, tidak malu, tidak menyebarkan kotoran, atau menularkan kuman penyakit bagi diri sendiri maupun orang lain. Kebersihan badan atau personal hygiene meliputi kebersihan diri sendiri, seperti mandi, menyikat gigi, mencuci tangan, dan memakai pakaian yang bersih. Tingkat kebersihan antara setiap orang berbed-beda satu sama lain.
                        Pada masa nifas yang berlangsung selama lebih kurang 40 hari, kebersihan vagina perlu mendapat perhatian lebih. Vagina merupakan bagian dari jalan lahir yang dilewati janin pada saat proses persalinan. Kebersihan vagina yang tidak terjaga dengan baik pada masa nifas dapat menyebabkan timbulnya infeksi pada vagina itu sendiri yang dapat meluas sampai ke rahim.
                        Beberapa alasan perlunya meningkatkan kebersihan vagina pada masa nifas :
a)        Adanya darah dan cairan yang keluar dari vagina selama masa nifas yang disebut lochea
b)        Secara anatomis, letak vagina berdekatan dengan saluran buang air kecil (Meatus eksternus uretrae ) dan buang air besar (Anus) yang setiap hari kita lakukan. Kedua saluran tersebut merupakan saluran pembuangan (Muara eksterna) dan banyak mengandung mikroorganisme patogen.
c)        Adanya luka/ trauma didaerah perineum yang terjadi akibat proses persalinan dan bila terkena kotoran dapat terinfeksi.
d)       Vagina merupakan organ terbuka yang mudah dimasuki mikroorganisme yang dapat menjalar ke rahim.
Untuk menjaga kebersihan vagina pada masa nifas dapat dilakukan dengan cara :
a)        Setiap selesai b.a.k atau b.a.b siramlah mulut vagina dengan air bersih basuh dari arah ke depan ke belakang hingga tidak ada sisa-sisa kotoran yang menempel di sekitar vagina baik itu urin maupun feses yang mengandung mikroorganisme dan bisa menimbulkan infeksi pada luka jahitan.
b)        Bila keadana vagina terlaku kotor, cucilah dengan sabun atau cairan antiseptic yang berfungsi untuk menghilangkan mikroorganisme yang terlanjur berkembangbiak di darah tersebut.
c)        Bila keadaan luka perineum terlalu luas atau ibu dilakukan episiotomi, upaya menjaga kebersihan vagina dapat dilakukan dengan cara duduk berendam dalam cairan antiseptik selama 1 menit setelah b.a.k atau b.a.b
d)       Mengganti pembalut setiap selesai membersihkan vagina agar mikroorganisme yang ada pada pembalut tersebut tidak ikut terbawa ke vagina yang baru dibersihkan.
e)        Keringkan vagina dengan tisu atau handuk lembut setiap kai selesai membasuh agar tetap kering dan kemudian kenakan pembalut yang baru
f)         Bila ibu membutuhkan salep antibiotik, dapat dioleskan sebelum memakai pembalut yang baru.

5)                  Istirahat
                        Kebutuhan istirahat sangat diperlukan ibu beberapa jam setelah melahirkan. Proses persalinan yang lama dan melelahkan dapat membuat ibu frustasi bahkan depresi apabila kebutuhan istirahatnya tidak terpenuhi. Bila ibu mengalami kesulitan untuk tidur pada malam hari, satu atau dua pertama setelah melahirkan, dapat diberikan bantuan obat tidur dengan mengkonsultasikannya terlebih dulu dengan dokter. Insomia pada ibu nifas merupakan salah satu tanda peringatan untuk psikosis nifas.

                        Masa nifas sangat erat kaitannya dengan gangguan pola tidur yang dialami ibu, terutama segera setelah melahirkan. Pada tiga hari pertama dapat merupakan hari yang sulit bagi ibu akibat menumpuknya kelelahan karena proses persalinan dan nyeri yang timbul pada luka perineum. Secara teoritis, pola tidur akan kembali mendekati normal dalam 2 sampai 3 minggu setelah persalinan.
                        Kebutuhan tidur rata-rata pada orang dewasa sekitar 7-8 jam pertama per 24 jam. Semakin bertambahnya usia, maka kebutuhan tidur juga akan semakin berkurang. Pada ibu nifas, kurang istirahat akan mengakibatkan :
a)      Berkurangnya produksi ASI
b)      Memperlambat proses involusi uterus dan meningkatkan perdarahan
c)      Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.

6)                  Seksual
                        Masa nifas yang berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari merupakan masa pembersihan rahim. Sama halnya seperti pada saat menstruasi, darah nifas mengandung trombosit, sel-sel degeneratif, sel-sel mati dan sisa sel-sel endometrium. Banyak pasangan suami istri merasa frekwensi berhubungan intim semakin berkurang setelah memiliki anak.
                        Ada anggapan bahwa setelah persalinan seorang wanita kurang bergairah karena pengaruh hormon, terutama pada bulan-bulan pertama pasca melahirkan. Sebenarnya, kegiatan mnegurus bayi dan menyusui membuat wanita lebih banyak mencurahkan perhatian kepada si kecil di bandingkan suami. Untuk memiliki waktu berdua saja sulit apalagi berhubungan intim. Beberapa bulan pertama setelah melahirkan, memang hormon pada wanita akan di program ulang untuk menyusui dan mengasuh bayi.
                        Ibu yang baru melahirkan boleh melakukan hubungan seksual kembali setelah 6 minggu persalinan. Batasan waktu 6 minggu didasarkan atas pemikiran pada masa itu semua luka akibat persalinan, termasuk luka episiotomi dan luka bekas Sectio Caesarea (SC) biasanya telah sembuh dengan baik. Bila suatu persalinan dipastikan tidak ada luka atau laserasi/robek pada jaringan, hubungan seks bahkan telah boleh dilakukan 3-4 minggu setelah proses melahirkan.

7.        Macam – Macam Tanda Bahaya Masa Nifas
Yang termasuk tanda bahaya masa nifas antara lain :
a.         Perdarahan Pervaginam
                             Perdarahan post partum paing sering di artikan sebagai keadaan kehilangan darah lebih dari 500 mL selama 24 jam pertama sesudah kelahiran bayi. Perdarahan postpartum adalah merupakan penyebab penting kehilangan darah serius yang paling sering dijumpai di bagian ostetrik. Sebagai penyebab langsung kematian ibu, perdarahan post partum merupakan penyebab sekitar ¼ dari keseluruhan kematian akibat perdarahan obstetric yang diakibatkan oleh perdarahan postpartum.
                             Perdarahan pervaginam yang melebihhi 500 ml setelah bersalin di definisikan sebagai perdarahan pasca persalinan. Terdapat beberapa masalah mengenai definisi ini
1)        Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang sebenarnya, kadang- kadang hanya setengah dari biasanya. Darah tersebut bercampur dengan cairan amnion atau dengan urine, darah juga terbesar pada spon, handuk dan kain di dalam ember dan di lantai.
2)     Volume darah yang hilang juga bervariasi akibatnya sesuai dengan kadar hemoglobin ibu. Seorang ibu dengan kadar Hb norma akan dapat menyesuaikan diri terhadap kehilangan darah yang akan berakibat fatal pada anemia. Seseorang ibu yang sehat dan tidak anemi pun dapat mengalami akibat fatal dari kehilangan darah.
3)     Perdarahan dapat terjadi dengan lambat untuk jangka waktu beberapa jam dan kondisi ini dapat dikenali sampai terjadi syok. Penilaian resiko pada saat antenatal tidak dapat memperkirakan akan terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penanganan aktif kala III sebaiknya dilakukan pada semua wanita yang bersalin karena hal ini dapat menurunkan insiden perdarahan pasca persalinna akibat atonia uteri. Semua ibu pasca bersalin harus di pantau dengan ketat untuk mendiagnosis perdarahan fase persalinan.
     Jenis Perdarahan Pervaginam :
a)     Perdarahan Postpartum Primer :
                        Perdarahan Post Partum Primer adalah mencangkup semua kejadian perdarahan dalam 24 jam setelah kelahiran ( Marmi,2014 :162).
                        Perdarahan Post Partum dini ( Early poat partum ) atau perdarahan post partum primer adalah perdarahan terjadi dalam 24 jam pertama setelah bayi lahir.
Penyebab :
1)      Uterus atonia, yang dapat terjadi karena plasenta atau selaput ketuban tertahan.
2)      Trauma genital, yang meliputi penyebab spontan dan trauma akibat penatalaksanaan atau gangguan, misalnya kelahiran yang menggunakan peralatan termasuk sectio caesaria dan episiotomi.
3)      Koagulasi Intramuskular Diseminata
4)      Intervensi Uterus

b)        Perdarahan Post Partum Sekunder
                        Perdarahan Post Partum Sekunder adalah mencangkup semua kejadian PPH yang terjadi antara 24 jam setelah kelahiran bayi dan 6 minggu masa post partum.
Penyebab :
1)       Atonia Uteri
Atonia uteri adalah suatu keadaan dimana uterus gagal berkontraksi dengan baik setelah persalian peyebab atonia uteri antara lain :
a)    Umur ibu yang terlau muda ( kurang dari 2 tahun) atau terlalu tua (lebih dari 4 tahun)
b)   Status Paritas (multipara dan grande multi)
c)    Partus lama atau partus tak maju
d)   Uterus terlalu regang atau besar (pada kehamilan kembar atau bayi besar)
e)    Kelainan uterus
f)    Faktor sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap ststus gizi ibu.
2)      Retensio Plasenta
      Retensio plasenta adalah suatu keadaan dimana plasenta belum lahir dalam waktu lebih dari 30 menit setelah bayi lahir. Retensio plasenta sering juga diartikan sebagai tertahannya plasenta di dalam uterus. Retensio plasenta dapat terjadi karena kontraksi uterus tidak adekuat selama proses persalinan sehingga plasenta tidak dapat lepas dari dinding uterus. Implantasi atau perlekatan plasenta pada dinding uterus dapat dibagi menjadi plasenta normal, plasenta adesiva, plasenta inkreta, plasenta akreta dan plasenta preketa.
3)      Inversio uteri
      Inversio uteri adalah suatu keadaan dimana funsud uteri terbalik sebagian atau seluruhnya ke dalam kavum uteri.
Penyebab :
a)      Uterus lembek dan lemah (tidak berkontraksi)
b)      Grandemultipara
c)      Kelemahan pada organ reproduksi (tonus otot rahim yang lemah)
d)     Meningkatnya tekanan abdominal (akibat mengejan yang terlau kuat atau batuk yang berlebihan)
Inversio uteri dibagi menjadi :
a)      Inversio uteri ringan
Terbaliknya fundus uteri ke dalam cavum uteri namun belum keluar dari rongga rahim
b)      Inversio uteri sedang
Fundus uteri terbaik menonjol ke cavum uteri dan sudah masuk ke dalam vagina.

c)      Inversio uteri berat
Uterus dan vagina dalam keadaan terbalik dan sebagian sudah keluar dari vagina.
4)      Robekan jalan lahir
      Robekan jalan lahir merupakan laserasi atau luka yang terjadi di sepanjang jalan lahir (perineum) akibat proses persalinan. Robekan jalan lahir dapat terjadi secara disengaja (episiotomy) atau tidak disengaja. Robekan jalan lahir sering tidak diketahui sehingga tidak tertangani dengan baik. Penyebab perdarahan post partum yang kedua setelah retensio plasenta adalah robekan jalan lahir.
      Tanda-tanda ibu yang mengalami robekan jalan lahir adalah perdarahan segera yang mengalir dan terjadi segera setelah bayi lahir, kontraksi uterus baik, plasenta baik, kadag ibu gerlihat pucat, lemah dan menggigil akibat berkurangnya haemoglobin.
      Berdasarkan kedalam dan luasnya laserasi, robekan jalan lahir/perineum di bagi menjadi 4 tingkat yaitu :
a)         Tingkat 1  :   Robekan hanya terjadi pada selaput lendir vagina atau tanpa mengenai kulit perineum.
b)                                                            Tingkat II    :             Robekan mengenai selaput lendir vagina dan otot perineum transversalis tapi tidak mengenai sphingter ani.
c)                                                                 Tingkat III    :  Robekan mengenai  seluruh perineum dan    otot sphingterani.
d)                                                            Tingkat IV    :              Robekan sampai ke mukosa rektum.
5)      Tertinggalnya sebagian sisa plasenta dalam uterus
      Sisa plasenta yang masih tertinggal di dalam uterus dapat menyebabkan terjadinya perdarahan. Bagian plasenta yang masih menempel pad adinding uterus mengakibatkan kontraksi uterus tidak adekuat sehingga pembuluh darah yang terbuka pada dinding uterus tidak dapat berkontraksi/terjepit dengan sempurna (Maritalia Dewi,214:63).

b.   Infeksi Nifas
                    Infeksi nifas adalah peradangan yang terjadi pada organ reproduksi yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme atau virus ke dalam organ reproduksi tersebut selama proses persalinan dan masa nifas.
                    Mikroorganisme penyebab infeksi nifas dapat berasal dari eksogen atau endogen. Beberapa mikroorganisme yang sering menyebabkan infeksi adalah streptococcus, bacil coli dan staphylococus.
                    Ibu yang mengalami infeksi nifas biasanya ditandai dengan demam (peningkatan suhu tubuh di atas 38°c) yang terjadi selama 2 hari berturut-turut. Adapun faktor predisposisi infeksi nifas diantaranya perdarahan, trauma persainan, partus lama, retensio plasenta serta keadaan umum ibu yang buruk (anemia dan malnutrisi)
                    Patofisiologi terjadinya infeksi nifas sama dengan patofisiologi infeksi yang terjadi pada system tubuh yang lain. Masuknya mikroorganisme ke dalam organ reproduksi dapat menyebabkan infeksi hanya pada organ reproduksi tersebut (infeksi lokal) atau bahkan dapat menyebar ke organ lain (infeksi sistemik). Infeksi sistemik lebih berbahaya daripada infeksi lokal, bahkan dapat menyebabkan kematian bila telah terjadi sepsis.
   Macam – macam infeksi nifas diantaranya :
1)                                                           Endometritis
   Endometritis adalah peradangan atau infeksi yang terjadi pada endometrium. Infeksi ini merupakan jenis infeksi yang paling sering terjadi pada masa nifas. Mikroorganisme masuk ke endometrium melaui luka bekas insersio plasenta dan dalam waktu singkat dapat menyebar ke seluruh endometrium.
Pada batas daerah yang meradang dan daerah yang tidak mengalami peradangan terdapat lapisan terdiri atas leukosit. Leukosit akan membuat pagar pertahanan diantaranya dengan mengeluarkan serum yang mengandung zat anti.
Pada endometritis yang tidak terlalu parah, di hari pertama penderita akan merasa kurang sehat dan mengalami nyeri perut. Mulai hari ke 3 terjadi peningkatan suhu tubuh, frekwensi nadi dan pernafasan cepat. Namun dlama kurun waktu 1 minggu biasanya keadaan ini akan kembali normal bila tubuh mampu melawan mikroorganisme penyebab infeksi tersebut.
2)      Peritonitis
                        Peritonitis adalah peradangan atau infeksi yang terjadi pada aperitoneum (selaput dinding perut). Pada masa nifas peritonitis terjadi akibat penyebaran atau meluasnya infeksi yang terjadi pada uterus melaui pembuluh limfe. Berbeda dengan peritonitis umum, peritonitis ini biasanya hanya terbatas pada daerah pelvis sehingga gejalanya tidak seberat pada peritonitis umum.
                        Manifestasi klinik atau gelaja pada ibu nifas yang mengalami peritonitis diantaranya terjadi peningkatan suhu tubuh dna nyeri perut di bagian bawah. Sedangkan pada peritonitis umum, selain kedua gejala tersebut di atas juga bertambah dengan nadi cepat dan kecil, perut kembung, muka pucat, mata cekung, kulit muka dan akral dingin.
3)      Mastitis
                        Mastitis adalah peradangan atau infeksi yang terjadi pada payudara atau mammae. Dalam mas nifas dapat terjadi infeksi dan peradangan pada mammae, terutama pada primipara. Penyebab infeksi yang paling sering adalah staphilococcus aureus. Manifestasi klinik atau tanda-tanda ibu yang mengalami mastitis adalah rasa panas dingin disertai dengan peningkatan suhu tubuh, lesu dan tidak ada nafsu makan, mammae membesar dan nyeri lokal, kulit merah, membengkak dan nyeri pada perabaan. Jika tidak segera ditangani dapat terjadi abses. Berdasarkan tempatnya infeksi dapat dibedakan menjadi :
a)      Mastitis yang menyebabkan abses di bawah areola mammae.
b)      Mastitis di tengah-tengah mammae yang menyebabkan abses di tempat tersebut
c)      Mastitis pada jaringan bawah dorsal dari kelenjar-kelenjar yang menyebabkan abses antara mammae dan otot- otot di bawahnya.
                        Mastitis dapat dicegah dengan melakukan perawatan yang benar pada mammae, terutama pada putting susu (areola dan papilla mammae). Perawatan terdiri atas membersihkan puting susu dengan minyak (baby oil) untuk menghilangkan sisa-sisa jaringan kulit yang mengelupas dan sisa ASI yang sudah mengering. Bila terdapat luka atau lecet pada putting sebaiknya bayi jangan menyusu pada mammae tersebut dapat dikeluarkan dengan diperah/dipompa untuk mencegah terjadinya bendungan ASI.
                        Bendungan ASI adalah terkumpulnya ASI di dalam payudara akibat penyempitan duktus laktifetus atau kelenjang yang tidak di kosongkan dengan sempurna pada waktu menyusui bayi atau karena kelainan pada putting susu.
                        Beberapa faktor yang di duga menyebabkan terjadinya bendungan ASI adalah faktor hormon, hisapan bayi, pengosongan payudara, cara menyusui status gizi ibu dan kelainan pada putting susu.
                        Tanda- tanda ibu yang mengalami bendungan ASI adalah payudara terasa penuh dan panas, berat dan keras, terlihat mebgkilat meski tidak kemerahan, ASI keluar tidak lancar, payudara membengkak dan sangat nyeri, puting susu teregang menjadi rata dan ibu kadnag menjadi demam. Bendungan ASI ini biasanya akan hilang dalam 24 jam.
            Upaya yang dapat dilakukan mencegah terjadinya bendungan ASI adalah :
a)      Inisiasi Menyusui Dini (IMD). Menyusui bayi sesegera mungkin setelah melahirkan
b)      Menyusui bayi tanpa dijadwalkan (on demand) atau kapanpun bayi mneginginkan.
c)      Bila produksi ASI melebihi kebutuhan bayi, keluarkan ASI dengan tangan atau pompa dan simpan dalam lemari pendingin untuk kebutuhan bayi di hari-hari berikutnya.
d)     Melakukan perawatan payudara setelah persalinan.
e)      Ketika hendak menyusui keluarkan sedikit ASI sehingga bayi lebih mudah menangkap dan menghisap putting Sesudah bayi kenyang menyusu, keluarkan sisa ASI pada payudara terakhir di mana bayi menyusu.
f)       Ketika hendak mengganti payudara yang satu dengan yang lainnya pada waktu menyusui, pastika ASI pada payudara pertama sesudah habis (Maritalia Dewi,2014:57)
4)      Infeksi luka perineum
                        Adalah Infeksi luka perineum adalah infeksi yang terjadi akibat masuknya mikroorganisme ke dalam luka perineum. Luka pada perineum dapat terjadi karena episiotomy atau rupture/robek pada saat proses persalinan. Luka perineum yang mengalami infeksi aka terasa lebih nyeri, merah dan bengkak. Bila tidak segera ditangani luka tersebut akan melebar, terbuka dan mengeluarkan getah bernanah (Maritalia Dewi,2014:63).

c.    Sakit Kepala, Nyeri Epigastrik, penglihatan Kabur
                 Wanita yang baru melahirkan sering mengeluh sakit kelpala hebat atau penglihatan kabur.
Penangannya :
1)               Jika ibu sadar periksa nadi, tekanan darah, pernafasan
2)   Jika ibu tidak bernafas periksa lakukan ventilisasi dengan masker dan balon, lakukan, intubasi jika perlu dan jika pernafasan dangkal periksa dan bebaskan jalan nafas dan beri oksigen 4-6 liter per menit.
3)   Jika pasien tidak sadar atau koma bebaskan jalan nafas, baringkan pada sisi kiri, ukuran suhu, periksa apakah ada kaku tengkuk (Marmi,2014 : 166).

d.        Pembengkakan Di Wajah Atau Ekstremitas
1)               Periksa adanya varises
2)               Periksa kemerahan pada betis
3)   Periksa apakah tulang kering, pergelangan kaki, kaki oedema (Marmi,2014 : 166).

e.         Demam, Muntah, Rasa Sakit Waktu Berkemih
                 Organisme yang menyebabkan infeksi saluran kemih berasal dari flora normal perineum. Sekarang terdapat bukti bahwa beberapa galur Escherichia coli memiliki pili yang meningkatkan virulensinya.
                 Pada masa nifas dini, senvtivitas kandung kemih terhadap tegangan air kemih di dalam vesika sering menurun akibat trauma persalinan serta analgesia atau spinal sensasi peregangan kandung kemih juga mungkin berkurang akibat rasa tidak nyaman yang ditimbulkan oleh episiotomi yang lebar, laserasi periutera, atau hematom dinsing vagina. Setelah melahirkan terutama saat infuse oksitoksin di hentikan terjadi diuresis yang disertai peningkatan produksi urin dan disensi kandung kemih. Overdistensi yang disertai kateterisasi untuk mengeluarkan air kemih sering menyebabkan infeksi menyebabkan infeksi saluran kemih (Marmi,2014 : 167).

f.          Kehilangan Nafsu Makan Yang Berlebihan
                 Sesudah anak lahir ibu akan merasa lelah mungkin juga lemas karena kehabisan tenaga. Hendaknya lekas berikan minuman hangat, susu, kopi atau teh yang bergula. Apabila ibu menghandaki makanan, berikan makanan yang sifatnya ringan walaupun dalam persalinan lambung dan alat pencernaan tidak lnagsung turut mengadakan proses persalinan, tetapi sedikit atau banyak pasti dipengaruhi proses persalinan tersebut. Sehingga alat pencernaan perlu istirahat guna memulihkan keadaan kembali. Oleh karena itu tidak benar bila ibu diberikan makanan sebanyak-banyaknya walupun ibu mneginginkannya. Tetapi biasanya disebabkan adanya kelelahan yang amat berat, nafsu makan pun akan terganggu, sehingga ibu tidak ingin makan sampai kelelahan itu hilang (Marmi,2014 : 167).

g.      Rasa Sakit, Merah, Lunak dan embengkakan di Kaki (Thrombopeblitis)
                 Selama masa nifas, dapat terbentuk thrombus sementara pada vena- vena manapun di pelvis yang mengaami dilatasi, dan mungkin lebih sering mengalaminya.
Faktor predisposisi : obesitas, peningkatan umur maternal dan tingginya paritas, riwayat sebelumnya mendukung, anestesi dan pembedahan dengan kemungkinan trauma yang lama pada keadaan pembuluh vena, anemia maternal, hipotermi atau penyakit jantung
Manifestasi : timbul secara akut, timbul rasa nyeri akibat terbakar, nyeri tekan permukaan (Marmi,2014 : 168).

h.      Merasa Sedih Atau Tidak Mampu Mengasuh Sediri Bayinya Dan Dirinya Sendiri
                 Pada minggu – minggu awal setelah persalinan sampai kurang lebih 1 tahun ibu post partum cenderung akan mengalami perasaan-perasaan yang tidak ada umumnya, seperti merasa sedih, tidak mampu mengasuh dirinya sendiri dan bayinya.
                 Faktor penyebab : kekecewaan emosional yang mengikuti bercampur rasa takut yang dialami kebanyakan wanita selama hamil dan melahirkan, rasa nyeri pada awal masa nifas, kelelahan akibat kurang tidur selama persalinan dan telah melahirkan kebanyakan di rumah sakit, kecemasan akan kemampuannya untuk merawat bayinya setelah menginggalkan rumah sakit, ketakutan akan menjadi tidak menarik (Marmi,2014 : 168).

BAB III
KERANGKA KONSEP, DAN DEFINISI OPERASIONAL


A.      Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variable yang satu dengan variable yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2010 : 83).
Kerangka konsep merupakan model konseptuan yang berkaitan dengan bagaimana seseorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah                 (A.Aziz Alimul,2014 : 41).
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap objek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga ( A wawan dan Dewi,2014:11).



Gambar 1.3
Kerangka konsep penelitian
                                                                                                                








Gambaran Pengetahuan :
1.        Pengertian tanda bahaya masa nifas
2.        Macam-macam tanda bahay masa nifas
3.        Penyakit / komplikasi dari tanda bahaya masa nifas
4.        Penanganan tanda bahaya masa nifas.

 

1.    Baik jika >76%
2.    Cukup jika 56%
3.    Kurang jika > 56%
 

Ibu Nifas

 


 
                                                    
                                                                                                                                                    

                                                         




                                       


B.       Definisi Operasional
                             Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan (Notoatmomodjo,2010 : 112).





Tabel 1.4
 Definisi Operasional
                                                                                        
Variabel
Sub Variabel
Definisi Operasional
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala

Gambaran Pengetahuan  ibu nifas tentang tanda bahaya masa nifas
1.    Pengertian tanda bahaya masa nifas
2.    Macam-macam tanda bahaya masa nifas

Kemampuan ibu untuk mengungkapkan apa yang diketahuinya tentang tanda bahaya masa nifas
Angket
Kuesioner
1.    Baik jika >76% jawaban benar
2.    Cukup jika 56% jawaban benar
3.    Kurang jika > 56% jawaban benar (Arikunto, 2006)

Ordinal
















BAB IV
METODE PENELITIAN


A.      Rancangan Penelitian

Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yaitu bertujuan untuk mendapatkan desain untuk mendeskripsikan (memaparkan) pengetahuan ibu nifas tentang tanda bahaya masa nifas. Dalam penulisan ini menggunakan desain penelitian survei, yaitu suatu desain yang digunakan untuk menyediakan informasi yang berhubungan dengan prevalensi, distribusi dan hubungan antar variabel dalam suatu populasi (Suyanto,2009).


B.       Variabel penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu Pengetahuan ibu nifas tentang tanda bahaya masa nifas di Desa Luwung Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon Tahun 2016.

C.      Populasi dan Sempel Penelitian
1.      Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian (Arikunto,2013 :173). Populasi dalam penelitian ini adalah selutuh ibu nifas yang ada di Desa Luwung periode bulan Mei 2016 yang berjumlah 20 orang ibu nifas.

2.      Sempel
 Sempel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti dengan menggeneralisasikan yaitu mengangkat kesimpulan penelitian sebagai suatu yang berlaku bagi populasi (Arikunto,2013:174).
Adapun teknik pengambilan sempel dalam peneliti ini adalah total sempling, yaitu seluruh populasi menjadi anggota yang akan diamati sebagai sempel sebanyak 20 orang ibu nifas.

D.      Lokasi dan Waktu Penelitian
1.      Lokasi
Lokasi yaitu menjelaskan tempat yang akan digunakan untuk penelitian (Notoatmodjo, 2010 : 86). Penelitian ini dilaksanakan di desa Luwung Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon.
2.      Waktu Penelitian
Waktu penelitian dimulai pada bulan Maret s/d April 2016.
3.      Teknik Shampling
Teknik sampling adalah tehnik pengambilan sampel. Dalam penelitian ini menggunakan tehnik non propability sampling dengan metode total sampling. Total sampling yaitu tehnik pengambilan sampel jika jumlah populasi dijadikan sampel dalam penelitian (Arikunto,2006).



E.       Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
1.      Instrumen Penelitian
Instrumen Penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk mengumpulkan data. Instrumen ini dapat berupa kuesioner (daftar pertanyaan) (Notoatmodjo,2010,87).
Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner pengetahuan ibu nifas. Kuesioner ini digunakan untuk mengetahui ibu nifas tentang tanda bahaya masa nifas di Desa Luwung Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon Tahun 2016.
Kuesioner pengetahuan ibu tentang tanda bahaya masa nifas menggunakan tipe pertanyaan benar-salah dengan jumlah 20 pertanyaan.

2.      Uji Validitas Dan Reabilitas
a.      Uji  Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo,2010 : 164). Uji validitas dilakukan untuk menguji kevalidan setiap pertanyaan dalam mengukur instrumennya. Uji validitas ini digunakan untuk tiap pertanyaan. Teknik uji validitas yang digunakan adalah kolerasi product moment, skor pertanyaan yang di uji validitasnya di kolerasi dengan skor total seluruh pertanyaan.

Untuk mengetahui apakah kuesioner yang kita susun tersebut mampu yang mengukur apa yang hendak kita ukur, maka perlu di uji dengan uji kolerasi antar skor (Nilai) tiap-tiao item (Pertanyaan) dengan skor total kuesioner tersebut. Bila semua pertanyaan itu mempunyai kolerasi yang bermakna (construct validity) berarti semua item (Pertanyaan) kita ukur (Notoatmodjo,2010 : 164-166).
Uji validitas dapat digunakan rumus Person Product Moment, setelah di uji dengan menggunakan uji t dan lalu baru dilihat penafsiran dari indeks kolerasinya (Abdul,Aziz Alimul Hidayat,2011 : 105).
                   Keterangan :
                   r                : Koefisien kolerasi product moment
                   n               : Jumlah responden
                   X              : Sekor pertanyaan
                   Y              :  Sekor total
                   ƩX                        : Jumlah skor dalam variabel X
                   ƩY                        : Jumlah skor dalam variabel Y
                   ƩX²                       : Jumlah kuadrat masing-masing skor X
                   ƩY²                       : Jumlah kuadrat masing-masing skor Y
Suatu item instrumen dikatakan valid bila nilai kolerasi          >  sebaliknya jika nilai kolerasi   <   berarti tidak valid (Notoatmodjo,2010).
b.      Uji Reabilitas
Reabilitas menunjukan pada suatu pengertian bahwa instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik, instrumen yang tidak baik akan bersifat tendensis, mengarahkan responden memilih jawaban-jawaban tertentu. Apabila ditanya memang benar sesuai dengan kenyataan, maka berapa kalipun diambil akan sama hasilnya (Arikunto,2015).
Keterangan       :
r                         : Koefisien reabilitas instruen yang di cari
k                        : Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
Ʃơt²                   : Jumlah ariasi skor butir soa ke-n
ơt²                     : Ariasi total
Ada 3 ting,katan reabilitas,yaitu :
a.    <0,59   maka tingkat reabilitas rendah
b.    0,60 - 0,89 maka tingkat reabilitas sedang
c.    0,90 - 1,00 maka tingkat reabilitas tinggi


                   Kepuasan Uji :  
a.    Bila nilai Cronbah's Alpha ≥ konstanta (0,6), maka pertanyaan reliabel
b.    Bila nilai Cronbah's Alpha < konstanta (0,6), maka pertanyaan tidak reliabel.
3.      TeknikPengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data primer yaitu data dikumpulkan sendiri oleh peneliti dari yang sebelumnya tidak ada dan tujuannya disesuaikan dengan keperluan peneliti (Hidayat,2010).
a.        Data Primer
Data primer ini diperoleh langsung dari responden dengan cara membacakan kuisioner kemudian dijawab oleh ibu nifas.
Sebelum membagikan kuesioner, responden diberikan lembar informed consent (Lembar Persetujuan), diberi pengarajan tentang cara mengisi kuisioner dan difasilitasi alat tulis untuk pengisian kuisioner, penelitian ini dilakukan atas persetujuan dan juga kesediaan responden.
b.        Data Sekunder
Data sekunder adalah data dikumpulkan tidak langsung oleh si peneliti melainkan oleh pihak lain, terdiri dari data internal (data yang berasal dari ligkungan sendiri seperti hasil penelitian sebelumnya, data medical record dll) dan data eksternal (data berasal dari lingkungan luar seperti publikasi, instansi, badan ilmiah dll. Dalam penelitian ini data sekundernya adalah buku registrasi ibu bersalin dan nifas di uskesmas Mundu pada saat penelitian dilakukan yang dilihat pada buku registrasi ibu bersalin dan nifas.

F.       Teknik  Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan salah satu langkah yang penting karena data yang diperoleh langsung dari penelitian masih mentah, belum memberikan informasi apa-apa, dan belum siap disajikan.
Langkah – langkah pengolahan data sebagai berikut :
a.                  Editing (Penyunting Data)
Peneliti memeriksan dan mengedit kelengkapan data yang diharapkan, tujuannya adalah untuk mengurangi kesalahan atau kekurangan yang ada di dalam daftar pertanyaan yang sudah diselesaikan sampai sejauh ini.

b.                  Coding (Kartu Kode)
Melakukan pengkodean pada tiap data yang terkumpul dimaksudkan untuk membedakan karakter instrumen guna memudahkan dalam langkah pengolahan selanjutnya, secara manual atau menggunakan kalkulator atau komputer. Dalam penelitian ini tindakan coding dilakukan untuk kuesioner tentang pengetahuan ibi nifas tentang masalah-masalah tanda bahaya nifas dimana jawaban kuesioner ini menggunakan skala Gluttman dengan kategori benar nilai 1 dan salah nilai 0.

c.       Skoring
Penelitian data dengan memberikan skor pada item-item yang perlu diberi skor (Arikunto,2013:215).

d.                       Tubulassi Data dan Entry Data
Pada tahap ini dilakukan perhitungan nilai hasil pre-test dan post-test yang telah dapat kemudian pengolahan data disusun dan ditampilkan kedalam bentuk table dan grafik, kemudian memindahkan data dengan bantuan program computer SPSS 16.0 Windows.





 
BAB IV
METODE PENELITIAN


A.      Rancangan Penelitian

Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yaitu bertujuan untuk mendapatkan desain untuk mendeskripsikan (memaparkan) pengetahuan ibu nifas tentang tanda bahaya masa nifas. Dalam penulisan ini menggunakan desain penelitian survei, yaitu suatu desain yang digunakan untuk menyediakan informasi yang berhubungan dengan prevalensi, distribusi dan hubungan antar variabel dalam suatu populasi (Suyanto,2009).


B.       Variabel penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu Pengetahuan ibu nifas tentang tanda bahaya masa nifas di Desa Luwung Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon Tahun 2016.

C.      Populasi dan Sempel Penelitian
1.      Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian (Arikunto,2013 :173). Populasi dalam penelitian ini adalah selutuh ibu nifas yang ada di Desa Luwung periode bulan Mei 2016 yang berjumlah 20 orang ibu nifas.

2.      Sempel
 Sempel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti dengan menggeneralisasikan yaitu mengangkat kesimpulan penelitian sebagai suatu yang berlaku bagi populasi (Arikunto,2013:174).
Adapun teknik pengambilan sempel dalam peneliti ini adalah total sempling, yaitu seluruh populasi menjadi anggota yang akan diamati sebagai sempel sebanyak 20 orang ibu nifas.

D.      Lokasi dan Waktu Penelitian
1.      Lokasi
Lokasi yaitu menjelaskan tempat yang akan digunakan untuk penelitian (Notoatmodjo, 2010 : 86). Penelitian ini dilaksanakan di desa Luwung Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon.
2.      Waktu Penelitian
Waktu penelitian dimulai pada bulan Maret s/d April 2016.
3.      Teknik Shampling
Teknik sampling adalah tehnik pengambilan sampel. Dalam penelitian ini menggunakan tehnik non propability sampling dengan metode total sampling. Total sampling yaitu tehnik pengambilan sampel jika jumlah populasi dijadikan sampel dalam penelitian (Arikunto,2006).



E.       Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
1.      Instrumen Penelitian
Instrumen Penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk mengumpulkan data. Instrumen ini dapat berupa kuesioner (daftar pertanyaan) (Notoatmodjo,2010,87).
Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner pengetahuan ibu nifas. Kuesioner ini digunakan untuk mengetahui ibu nifas tentang tanda bahaya masa nifas di Desa Luwung Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon Tahun 2016.
Kuesioner pengetahuan ibu tentang tanda bahaya masa nifas menggunakan tipe pertanyaan benar-salah dengan jumlah 20 pertanyaan.

2.      Uji Validitas Dan Reabilitas
a.      Uji  Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo,2010 : 164). Uji validitas dilakukan untuk menguji kevalidan setiap pertanyaan dalam mengukur instrumennya. Uji validitas ini digunakan untuk tiap pertanyaan. Teknik uji validitas yang digunakan adalah kolerasi product moment, skor pertanyaan yang di uji validitasnya di kolerasi dengan skor total seluruh pertanyaan.

Untuk mengetahui apakah kuesioner yang kita susun tersebut mampu yang mengukur apa yang hendak kita ukur, maka perlu di uji dengan uji kolerasi antar skor (Nilai) tiap-tiao item (Pertanyaan) dengan skor total kuesioner tersebut. Bila semua pertanyaan itu mempunyai kolerasi yang bermakna (construct validity) berarti semua item (Pertanyaan) kita ukur (Notoatmodjo,2010 : 164-166).
Uji validitas dapat digunakan rumus Person Product Moment, setelah di uji dengan menggunakan uji t dan lalu baru dilihat penafsiran dari indeks kolerasinya (Abdul,Aziz Alimul Hidayat,2011 : 105).
                   Keterangan :
                   r                : Koefisien kolerasi product moment
                   n               : Jumlah responden
                   X              : Sekor pertanyaan
                   Y              :  Sekor total
                   ƩX                        : Jumlah skor dalam variabel X
                   ƩY                        : Jumlah skor dalam variabel Y
                   ƩX²                       : Jumlah kuadrat masing-masing skor X
                   ƩY²                       : Jumlah kuadrat masing-masing skor Y
Suatu item instrumen dikatakan valid bila nilai kolerasi          >  sebaliknya jika nilai kolerasi   <   berarti tidak valid (Notoatmodjo,2010).
b.      Uji Reabilitas
Reabilitas menunjukan pada suatu pengertian bahwa instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik, instrumen yang tidak baik akan bersifat tendensis, mengarahkan responden memilih jawaban-jawaban tertentu. Apabila ditanya memang benar sesuai dengan kenyataan, maka berapa kalipun diambil akan sama hasilnya (Arikunto,2015).
Keterangan       :
r                         : Koefisien reabilitas instruen yang di cari
k                        : Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
Ʃơt²                   : Jumlah ariasi skor butir soa ke-n
ơt²                     : Ariasi total
Ada 3 ting,katan reabilitas,yaitu :
a.    <0,59   maka tingkat reabilitas rendah
b.    0,60 - 0,89 maka tingkat reabilitas sedang
c.    0,90 - 1,00 maka tingkat reabilitas tinggi


                   Kepuasan Uji :  
a.    Bila nilai Cronbah's Alpha ≥ konstanta (0,6), maka pertanyaan reliabel
b.    Bila nilai Cronbah's Alpha < konstanta (0,6), maka pertanyaan tidak reliabel.
3.      TeknikPengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data primer yaitu data dikumpulkan sendiri oleh peneliti dari yang sebelumnya tidak ada dan tujuannya disesuaikan dengan keperluan peneliti (Hidayat,2010).
a.        Data Primer
Data primer ini diperoleh langsung dari responden dengan cara membacakan kuisioner kemudian dijawab oleh ibu nifas.
Sebelum membagikan kuesioner, responden diberikan lembar informed consent (Lembar Persetujuan), diberi pengarajan tentang cara mengisi kuisioner dan difasilitasi alat tulis untuk pengisian kuisioner, penelitian ini dilakukan atas persetujuan dan juga kesediaan responden.
b.        Data Sekunder
Data sekunder adalah data dikumpulkan tidak langsung oleh si peneliti melainkan oleh pihak lain, terdiri dari data internal (data yang berasal dari ligkungan sendiri seperti hasil penelitian sebelumnya, data medical record dll) dan data eksternal (data berasal dari lingkungan luar seperti publikasi, instansi, badan ilmiah dll. Dalam penelitian ini data sekundernya adalah buku registrasi ibu bersalin dan nifas di uskesmas Mundu pada saat penelitian dilakukan yang dilihat pada buku registrasi ibu bersalin dan nifas.

F.       Teknik  Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan salah satu langkah yang penting karena data yang diperoleh langsung dari penelitian masih mentah, belum memberikan informasi apa-apa, dan belum siap disajikan.
Langkah – langkah pengolahan data sebagai berikut :
a.                  Editing (Penyunting Data)
Peneliti memeriksan dan mengedit kelengkapan data yang diharapkan, tujuannya adalah untuk mengurangi kesalahan atau kekurangan yang ada di dalam daftar pertanyaan yang sudah diselesaikan sampai sejauh ini.

b.                  Coding (Kartu Kode)
Melakukan pengkodean pada tiap data yang terkumpul dimaksudkan untuk membedakan karakter instrumen guna memudahkan dalam langkah pengolahan selanjutnya, secara manual atau menggunakan kalkulator atau komputer. Dalam penelitian ini tindakan coding dilakukan untuk kuesioner tentang pengetahuan ibi nifas tentang masalah-masalah tanda bahaya nifas dimana jawaban kuesioner ini menggunakan skala Gluttman dengan kategori benar nilai 1 dan salah nilai 0.

c.       Skoring
Penelitian data dengan memberikan skor pada item-item yang perlu diberi skor (Arikunto,2013:215).

d.                       Tubulassi Data dan Entry Data
Pada tahap ini dilakukan perhitungan nilai hasil pre-test dan post-test yang telah dapat kemudian pengolahan data disusun dan ditampilkan kedalam bentuk table dan grafik, kemudian memindahkan data dengan bantuan program computer SPSS 16.0 Windows.









 
















1 komentar:

  1. MGM National Harbor Casino & Hotel - Jackson County, MS
    Find the MGM National Harbor Casino & Hotel 양산 출장안마 in Jackson County, MS, 나주 출장안마 Other places 안산 출장마사지 to stay near Jackson 당진 출장샵 County. Best 포항 출장샵 rates. Search with JT Hub

    BalasHapus