GAMBARAN
PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA MASA NIFAS DI DESA LUWUNG KECAMATAN MUNDU
KABUPATEN
CIREBON
TAHUN 2016
PROPOSAL
KARYATULIS
ILMIAH
ELPIYAH
NIM
: 45430013013
PROGRAM
STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
POLITEKNIK
KESEHATAN BHAKTI PERTIWI HUSADA
CIREBON
2016
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Asuhan selama
periode nifas perlu mendapatkan perhatian karena sekitar 60 % Angka Kematian
Ibu terjadi pada periode ini. Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya wanita
yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan
atau penanganannya (tidak
termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan
dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memprhitungkan lama
kehamilan per 100.000 kelahiran hidup
(Maritalia Dewi,2014 : 11).
Meningkatkan
kesehatan ibu adalah salah satu dari tujuan Millenium
Development Goals (MDGs ) yang
diadopsi oleh komunitas internasional pada tahun 2000. Di bawah MDGs,
negara-negara berkomitmen untuk mengurangi angka kematian ibu sebanyak tiga
perempat antara Tahun 1990 sampai 2015. Dinegara berkembang kematian ibu
menjadi beban yang besar dikarenakan program MDGs yang berjalan sangat lambat
dan tidak sebagaimana mestinya. Setiap tahunnya sekitar 287.000 wanita
meninggal akibat komplikasi yang dialami pada masa kehamilan dan persalinan, 99%
diantaranya terjadi di negara berkembang.
Angka kematian ibu di negara maju
memiliki perbedaan yang sangat besar dibandingkan dengan negara berkembang,
rasio kematian ibu di negara berkembang lebih tinggi yaitu 240/100.000
kelahiran hidup sedangkan di negara maju 16/100.000 kelahiran hidup (WHO,
2012).
Menurut WHO
(2012), Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia tahun 2010 per 100.000 kelahiran
hidup mencapai 220 orang dengan ibu komplikasi kebidanan antara lain perdarahan
pervaginam 40%, ketuban pecah dini 30%, distosia bahu 20%, infeksi masa nifas
10%. memperkirakan lebih dari 2
per 100
ibu meninggal saat hamil, bersalin dan nifas, yang di sebabkan oleh berbagai faktor, kehamilan
dengan resiko, persalinan yang berakhir dengan komplikasi dan infeksi pada masa
nifas dan yang paling tinggi adalah persalinan dengan perdarahan. Tinggi nya
angka kematian ibu hamil, nifas dan bersalin menunjukan buruknya pelayanan
kesehatan, komplikasi tidak hanya terjadi ada masa kehamilan dan bersalin
infeksi pada masa nifas juga menyumbang angka kematian ibu
Pada masa nifas
dapat terjadi gangguan pada ibu
seperti infeksi, sehingga menimbulkan kondisi yang
berbahaya dan berujung kematian pada ibu. Di Indonesia sendiri setiap satu jam
ada dua orang ibu yang meninggal dunia karena komplikasi pada masa nifas,
penyebab kematian ibu yang paling besar adalah perdarahan 28% dan infeksi
sebanyak 11%. Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2012, besarnya
angka kematian ibu di
Indonesia masih tergolong tinggi yaitu 358 Per 100.000 kelahiran hidup. (Depkes R.I, 2012).
Berdasarkan
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka Kematian
Ibu (AKI) senantiasa menjadi indikator keberhasilan sektor pembangunan
kesehatan. AKI mengacu kepada jumlah kematian ibu yang terkait dengan masa
kehamilan, persalinan dan nifas. Profil kesehatan Indonesia Tahun 2012 menyebutkan bahwa Angka Kematian
Ibu (AKI) tahun 2012
sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup, Angka ini mengalami peningkatan dibandingkan AKI tahun
2002 yaitu sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut lebih tinggi
dibandingkan dengan negara Singapura dan negara Malaysia, diharapkan untuk Indonesia sehat 2015, AKI
menurun menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan Angka Kematian Data
Dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2012 menunjukan bahwa AKI
berjumlah 747 kasus (Dinkes jabar,2012).
Sementara itu
data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2015, Jumlah Kematian Ibu ada
53 kasus dengan penyebabnya yaitu perdarahan 15 kasus, hipertensi dalam
kehamilan 22 kasus, infeksi 2 kasus, partus lama 1 kasus, jantung 6 kasus dan
lain-lain 7 kasus. Sedangkan, jumlah kematian ibu nifas pada tahun 2015 di Kabupaten
Cirebon terdapat 67 kasus dengan penyebabnya infeksi nifas 33 kasus dan perdarahan
nifas 34 kasus ( Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon,2015).
Berdasarkan data
pada tahun 2015 di Puskesmas Mundu, Jumlah Kematian Ibu terdapat 0 kasus,
sedangkan pada bulan maret-april tahun 2016
terdapat 2 kasus Kematian Ibu disebabkan oleh kelainan letak dan hipertensi
dalam kehamilan. Kemudia diambil dari data Desa Luwung pada tahun 2015 jumlah
Kematian Ibu berjumlah 0 kasus.
Pada wanita atau
ibu nifas menjelaskan mengenai tanda bahaya masa nifas sangat penting dan
perlu, oleh karena masih banyak ibu dan wanita yang sedang hamil atau pada masa
nifas belum mengenal tentang tanda bahaya masa nifas, baik yang diakibatkan
masuknya kuman kedalam alat kandungan seperti eksogen (kuman datang dari luar),
autogen (kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh) dan endogen (dari jalan
lahir sendiri) (Mochtar Rustam,2011).
Berdasarkan
hasil terhadap pendahuluan pada 10 orang ibu nifas terdapat 6 orang belum
mengetahui tanda bahaya masa nifas
sehingga penulis berkesimpulan
masih banyak ibu-ibu yang pengetahuan dan pendidikan rendah sehingga tidak
mengetahui tentang tanda bahaya masa nifas, sedangkan 4 orang sudah mengetahui
tanda bahaya masa nifas.
Dari latar
belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan
judul “Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Tanda Bahaya Masa Nifas di Desa
Luwung Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon Tahun 2016”.
B.
Perumusan
Masalah
Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
Bagaimanakah Gambaran Pengetahuan Ibu
Nifas Tentang Tanda-Tanda Bahaya Masa Nifas Di Desa Luwung Kecamatan Mundu
Kabupaten Cirebon Tahun 2016?
C. Tujuan Penelitian
1.
Tujuan Umum
Mengetahui gambaran pengetahuan ibu nifas tentang tanda
bahaya masa nifas di Desa Luwung Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon Tahun 2016.
2.
Tujuan Khusus
a.
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu nifas
tentang pengertian tanda bahaya masa nifas di Desa Luwung Kecamatan Mundu
Kabupaten Cirebon Tahun 2016.
b.
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu nifas
tentang macam-macam tanda bahaya masa nifas di Desa Luwung Kecamatan Mundu
Kabupaten Cirebon Tahun 2016.
D. Manfaat Penelitian
1.
Manfaat Teoritik
Hasil penelitian ini bermanfaat bagi
pengembangan kajian manajemen sumber daya manusia, khususnya dalam ruang
lingkup upaya maningkatkan kesejahteraan masyarakat Luwung Kecamatan Mundu
Kabupaten Cirebon.
2.
Manfaat Praktik
a.
Bagi Ibu Nifas
Akan memperoleh penigkatan
pengetahuan dan menambah wawasan dan pengalaman tentang tanda bahaya masa
nifas.
b.
Bagi Petugas Kesehatan di Puskesmas
Hasil peneliti ini diharapkan dapat
menjadi bahan masukan/meningkatkan kualitas pelayanan yang sudah baik menjadi
pelayanan yang lebih baik lagi bagi segenap tenaga kesehatan dalam upaya
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dalam memberikan informasi (konseling)
dan pelayanan, serta meningkatkan Pencegahan infeksinya terutama tentang tanda
bahaya masa nifas.
c.
Bagi Penelitian
Manfaat penelitian ini diharapkan
dapat digunakan sebagai masukan untuk meningkatkan pemberian informasi yang
berkaitan dengan tanda bahaya masa nifas.
d.
Bagi Institusi Pendidikan
Peneliti ini diharapkan memberikan
manfaat sebagai bahan referensi atau bacaan bagi mahasiswa untuk melakukan
penelitian yang lebih lanjut khususnya tentang tanda bahaya masa nifas.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Konsep
Pengetahuan
1.
Pengertian
Pengetahuan
Pengetahuan
adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang mengadakan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap objek terjadi
melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba dengan sendiri. Pada waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan
tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap objek.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga ( A wawan
dan Dewi,2014:11).
Pengetahuan itu
sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat
hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang
tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi
perlu ditekankan, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mudah
berpengetahuan rendah pula. Hal ini mengingat bahwa peningkatan pengetahuan
tidak mutlak diperoleh dari pendidikan non formal saja, akan tetapi dapat
diperoleh melalui pendidikan non formal.
Pengetahuan
seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan
aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang semakin
banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap
makin positif terhadap objek tertentu (A wawan dan Dewi,2010 : 11).
2.
Tingkat
Pengetahuan
Pengetahuan atau
kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang (ovent behavior). Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku
yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang
didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan ynag cukup didalam domain kognitif
mempunya 6 tingkat yaitu : (A
wawan dan Dewi,2010 : 11).
a. Tahu
(Know)
Tahu diartikan
sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termsuk dalam
pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang
spesifik dan seluruh bahwa yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
Oleh sebab itu “tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling
rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari
yaitu menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya.
b.
Memahami (Comprehention)
Memahami artinya
sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yyag
diketahui dan dimana dapat menginterprestasikan secara benar. Orang yang telah
paham terhadap objek atau materi terus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap suatu objek yang dipelajari.
c.
Aplikasi (Application)
Aplikasi
diartikan sebagai kemempuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi ataupun kondisi rill (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan
aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya
dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis
(Analysis)
Analisis adalah
suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu objek keadaan
komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut dan masih
ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis
( Syntesis)
Sintetis yang
dimaksud menunjukan pada suatu kemampuan untuk melaksanakan atau menghubungkan
bagian-bagian di daam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis
adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi yang ada.
f. Evaluasi
(Evaluation)
Evaluasi ini
berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap
suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteris
yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteris-kriteria yang telah ada.
3.
Cara
Memperoleh Pengetahuan
Cara memperoleh pengetahuan adalah
sebagai berikut : (A wawan dan Dewi,2010 : 14).
a.
Cara
kuno untuk memperoleh pengetahaun
1)
Cara coba salah (Trial and Error)
Cara ini telah
dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Cara
coba salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan
masalah dan apabila kemungkinan itu tidka berhasil maka dicoba. Kemungkinan
yang lain sampai masalah tersebut dapat dipecahkan.
2)
Cara kekuasaan atau otoritas
Sumber
pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin– pemimpin masyarakat baik formal
atau informal, ahli agama, pemegang pemerintah, dan berbagai prinsip orang lain
yang menerima mempunyai yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas,
tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya baik berdasarkan
fakta empiris maupun penalaran sendiri.
3)
Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Pengalaman
Pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan dengan cara
mengulang kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapi masa lalu.
b.
Cara
modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara ini disebut
metode penelitian ilmiah atau lebih popular atau disebut metodologi penelitian.
Cara ini mula- mula dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626), kemudian
dikembangkan oleh Deobold Van Deven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan
penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian ilmiah.
4.
Faktor-
faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
a.
Faktor
Internal
1)
Pendidikan
Pendidikan
berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain
menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan
mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.
Pendidikan
diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan
sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup (A wawan dan Dewi,2010 : 16).
2) Pekerjaan
Pekerjaan adalah
keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menujang kehidupannya dan
kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak
merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan.
Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi
ibu-ibu akan mempengaruhi terhadap kehidupan keluarga (A wawan dan Dewi,2010 :
17).
3)
Usia
Usia adalah umur
individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun.
Sedangkan menurut Martilia Dewi (2014)
Usia akan mempengaruhi kemampuan dan kesiapan diri ibu dalam melewati masa
nifasa dan menyusui. Ibu yang berusia 18 tahun akan berbeda dalam melewati masa
nifas dan menyusui dibandingkan dengan ibu yang berusia 40 tahun.
b.
Faktor
Eksternal
1)
Faktor
Lingkungan
Lingkungan
merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat
mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok (A wawan dan
Dewi,2010 : 18).
2)
Sosial Budaya
Sistem
sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam
menerima informasi (A wawan dan Dewi,2010 : 18).
5.
Kriteria Tingkat Pengetahuan
Menurut Arikunto (2006) pengetahuan
seseorang dapat diketahui dan diinterprestasikan dengan skala yang bersifat
kuantitatif, yaitu :
1)
Baik :
Hasil presentase 76%-100%
2)
Cukup :
Hasil presentase 56%-75%
3)
Kurang :
Hasil presentase > 56%
B.
Konsep
Nifas
1.
Pengertian
Nifas
Masa Nifas
adalah masa dimulai dari beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu
setelah melahirkan. Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang
berlangsung kira-kira 6 minggu ( Marmi,2012 : 11).
Masa Nifas atau
masa puerperium adalah masa setelah
persalinan selesai sampai 6 minggu atau 42 hari ( Maritalia Dewi, 2014 : 11).
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai
setelah plasenta keluar dan berakhir ketika ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira
6 minggu ( Ari Sulistyawati,2009 : 01).
2. Tujuan Asuhan Kebidanan
Pada masa ini
terjadi perubahan-perubahan fisik maupun psikis berupa organ reproduksi terjadi
proses laktasi, terbentuknya hubungan antara orangtua dan bayi dengan memberi
dukungan. Atas dasar tersebut pula dilakukan suatu pendekatan antara ibu dan
keluarga dalam manajemen kebidanan. Adapun tujuan dari pemberian asuhan pada
masa nifas untuk :
a.
Menjaga
kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.
b.
Melaksanakan
skrining yang komprehensif, mendeteksi dini, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan bayinya.
c.
Memberikan
pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga
berencana, cara dan manfaat menyusui,
pemberian imunisasi serta perawatan bayi sehari-hari.
d.
Memberikan
pelayanan keluarga berencana (KB).
e.
Mendapatkan kesehatan emosi (Marmi,2014 : 11).
3.
Tahapan
Masa Nifas
Menurut
Maritalia Dewi (2014), Masa nifas dibagi menjadi tiga tahap, yaitu :
a. Puerperium dini
Merupakan masa pemulihan awal dimana ibu
diperbolahkan untuk berdiri dan berjalan-jalan. Ibu yang melahirkan per vagina
tanpa komplikasi dalam 6 jam pertama setelah kala IV dianjurkan untuk
mobilisasi segera.
b. Puerperium intermedial
Suatu masa pemulihan
dimana organ-organ reproduksi secara berangsur-angsur akan kembali ke keadaan
sebelum hamil. Masa ini berlangsung sela kurang lebih 6 minggu atau 42 hari.
c. Remote puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan
sehat kembali dalam keadaan sempurna terutama bila ibu selama hamil atau waktu
persalinan mengalami komplikasi. Rentang waktu remote puerperium berbeda untuk
setiap ibu, tergantung dari berat ringannya komplikasi yang dialami selama
hamil atau persalinan (Maritalia Dewi, 2014 : 12).
4.
Kebijakan
Program Nasional Masa Nifas
Kebijakan
program nasional yang telah dibuat oleh pemerintah mengenai masa nifas
merekomendasikan paling sedikit empat kali melakukan kunjungan pada masa nifas,
dengan tujuan untuk :
1)
Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
2)
Melakukan pencegahan terhadap
kemungkinan-kemungkinan adanya gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya.
3)
Mendeteksi adanya komplikasi atau
masalah yang terjadi pada masa nifas.
4)
Menangani komplikasi atau masalah yang
timbul atau menggaggu kesehatan ibu nifas maupun bayinya.
Berikut ini
merupakan aturan waktu dan bentuk asuhan yang wajib diberikan sewaktu melakukan
kunjungan masa nifas :
Tabel 1.1
Kunjungan masa nifas
Kun-jungan
|
Waktu
|
Asuhan
|
I
|
6-8 jam post partum
|
1. Mencegah
perdarahan masa nifas oleh karena atonia uteri.
2. Mendeteksi
dan perawatan penyebab lain perdarahan serta melakukan rujukan bila
perdarahan berlanjut.
3. Memberikan
konseling pada ibu dan keluarga tentang cara mencegah perdarahan yang
disebabkan atonia uteri.
4. Pemberian
ASI awasl.
5. Mengajarkan
cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
6. Menjaga
bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi.
7. Setelah
bidan melakukan pertolongan persalinan, maka bidan harus menjaga ibu dan bayi
untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai keadaan ibu dan bayi baru
lahir dalam keadaan baik.
|
II
|
6 hari
post partum
|
1.
Memastikan involusi uterus
berjalan dengann normal, uterus berkontraksi dengan baik, tinggi fundus uteri
dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal.
2.
Memastikan ibu mendapat istirahat
yang cukup.
3.
Memastikan ibu mendapat makanan
yang bergizi dan cukup cairan.
4.
Memastikan ibu menyusui dengan
baik dan benar serta tidak ada tanda-tanda kesulitan menyusui.
5.
Memberikan konseling tentang
perawatan bayi baru lahir.
|
III
|
2 minggu post partum
|
1.
Memastikan involusi uterus
berjalan dengann normal, uterus berkontraksi dengan baik, tinggi fundus uteri
dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal.
2.
Memastikan ibu mendapat istirahat
yang cukup.
3.
Memastikan ibu mendapat makanan
yang bergizi dan cukup cairan.
4.
Memastikan ibu menyusui dengan baik
dan benar serta tidak ada tanda-tanda kesulitan menyusui.
5.
Memberikan konseling tentang
perawatan bayi baru lahir.
|
IV
|
6 minggu post partum
|
1.
Menanyakan penyulit-penyulit yang
dialami ibu selama masa nifas.
2.
Memberikan konseling KB secara
dini.
|
(Marmi,2014
: 13).
5. Perubahan Fisiologi Masa Nifas
Pada
masa nifas, organ reproduksi interna dan eksterna akan mengalami perubahan
seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan ini terjadi secara berangsur-angsur
dan berlangsung selama lebih kurang tiga bulan. Selain orgmerupakanan
reproduksi, beberapa perubahan fisiologi yang terjadi selama masa nifas akan
dibahas berikut ini :
a. Uterus
Uterus merupakan organ reproduksi
interna yang berongga dan berotot berbentuk seperti buah alpuket yang sedikit
gepeng dan berukuran sebesar telur ayam. Panjang uterus sekitar 7-8 cm, lebar
sekitar 5-5,5 cm dan tebal sekitar 2,5 cm. Letak uterus seara fisiologis adalah
anteversiofleksio. Uterus terdiri dari otot polos dan tersusun atas 3
lapis,yaitu :
1)
Perietrium, yaitu lapisan telur yang
berfungsi sebagai pelindung uterus.
2)
Miometrium, yaitu lapisan yang kaya akan
sel otot dan berfungsi untuk kontraksi dan relaksasi uterus dengan melebar dan
kebali ke bentuk semula setiap bulannya.
3)
Endometrium, merupakan lapisan terdala
yang kaya akan sel darah merah. Bila tidak terjadi pembuahan maka dinding
miometriu akan meluruh bersaa dengan sel ovum matang.
Perubahan –
perubahan normal pada uterus selama postpartum adalah ssebagai berikut :
Tabel
1.2
Tinggi
fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi
No
|
Waktu Involusi
|
Tinggi Fundus Uteri
|
Berat Uterus
|
1
|
Bayi Lahir
|
Setinggi Pusat
|
1000 gram
|
2
|
Plasenta Lahir
|
2 jari dibawah pusat
|
750 gram
|
3
|
1 Minggu
|
Pertengahan
pusat-simfisis
|
500 gram
|
4
|
2 Minggu
|
Tidak teraba diatas
simfisis
|
350 gram
|
5
|
6 Minggu
|
Bertambah kecil
|
50 gram
|
6
|
8 Minggu
|
Normal
|
30 gram
|
(Rukiyah,2013:57).
b. Serviks
Serviks erupakan
bagian dasar dari uterus yang bentuknya menyempit sehingga disebut juga sebagai
leher rahim. Serviks menghubungkan uterus dengan saluran vagina dan sebagai
jalan keluarnya janin dari uterus menuju saluran vagina pada saat persalinan.
c. Vagina
Vagina merupakan
saluran yang menghubungkan rongga uterus dengan tubuh bagian luar. Dinding
depan dan belakang vagina berdekatan satu sama lain dengan ukuran panjang ± 6,5
cm dan ± 9 cm. Bentuk vagina sebelah dalam berlipat-lipat
dan disebut rugae. Lipatan- lipatan ini memungkinkan vagina melebar pada saat
persalinan dan sesuai dengan fungsinya sebagai bagian lunak jalan lahir.
Karakterilstik lohea dalam masa nifas adalah
sebagai berikut :
1)
Lohea
rubra / kruenta
Timbul pada hari
1-2 postpartum ; terdiri dari darah segar bercampur sisa-sisa selaput ketuban,
sel-sel desidua, sisa-sisa vernik kaseosa, lanugo dan mekoneum.
2) Lochea Sanguinolenta
Timbul pada hari
ke 3 sampai dengan hari ke 7 postpartum ; kerakteristik lochea sanguinolenta
berupa darah bercampur lendir.
3)
Lochea
Serosa
Merupakan cairan
berwarna agak kuning, timbul setelah 1 minggu postpartum.
4)
Lochea
Alba
Timbul setelah 2
minggu postpartum dan hanya merupakan cairan putih.
Normalnya lochea
agak berbau amis, kecuali bila terjadi infeksi pada jalan lahir, baunya akan
berubah menjad berbau busuk. Bila lochea berbau busuk segera ditangani agar ibu
tidak mengalami infeksi lanjut atau sepsrois.
d. Vulva organ reproduksi
Vulva
merupakan organ reproduksi eksterna, berbentuk lonjong, bagian depan dibatasi oleh clitoris, bagian belakang
oleh perineum, bagian kiri dan kanan oleh labia minora. Pada vulva, dibawah
clitoris, terdapat orifisum uretra eksterna yang berfungsi sebagai tempat
kelurnya urin. Sama halnya dengan vagina, vulva juga mengalami penekanan serta
peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi. Beberapa hari
pertama sesudah proses melahirkan vulva tetap berada dalam keadaan kendur.
Setelah 3 minggu vulva akan kembali pada keadaan tidak hamil dan labia menjadi
lebih menonjol.
e. Payudara (Mamae)
Payudara atau mamae adalah kelenjar
yang terletak dibawah kulit, di atas otot dada. Secara makroskopis, struktur
payudara terdiri dari korpus (badan), areola dan papilla atau puting. Fungsi
dari payudara adalah memproduksi susu (Air Susu Ibu) sebagai nutrisi bagi bayi.
f.
Tanda
–tanda vital
Tanda-tanda
vital merupakan tanda-tanda penting pada tubuh yang dapat berubah bila tubuh mengalami
gangguan atau masalah. Tanda-tanda vital yang sering digunalan sebagai
indikator bagi tubuh yang mengalami gangguan atau masalah kesehatan adalah
nadi, pernafasan, suhu dan tekanan darah. Tanda – taamnda vital ini biasanya
saling mempengarnda vuhi satu sama lain. Artinya, bila suhu tubuh meningkat,
mda-taaka nadi dan pernafasan juga akan meningkat, dan sebaiknya. Tanda – tanda
vital yang berubah selama masa nifas adalah :
1)
Suhu
Tubuh
Setelah proses
persalinan, suhu tubuh dapat meningkat sekitar 0,5 °Celcius dari keadaan normal
(36°C – 37,5 °C), namun tidak lebih dari 38°C. Hal ini disebabkan karena
maningkatnya metabolisme tubuh pada saat proses persalinan. Setelah 12 jam
postpartum, suhu tubuh yang maningkat tadi akan kembali sepeti keadaan semula.
Bila suhu tubuh tidak kembali ke keadaan normal atau semakin meningkat, maka
perlu dicurigai terhap kemungkinan terjadinya infeksi.
2)
Nadi
Denyut nadi normal
berkisar antara 60-80 kali per menit. Pada saat proses persalinan denyut nadi
akan mengalami peningkatan. Setelah proses persalinan selesai frekwensi denyut
nadi dapat sedikit lebih lambat. Pada masa nifas biasanya denyut nadi akan
kembali normal.
3)
Tekanan Darah
Tekanan darah normal
untuk systole berkisar antara 110-140 mmHg dan untuk diastole antara 60-80
mmHg. Setelah partus, tekanan darah dapat sedikit lebih rendah dibandingkan
pada saat hamil karena terjadinya perdarahan pada proses persalinan. Bila tekanan
darah mengalami peningkatan lebih dari 30 mmHg pada systole atau lebih dari 15
mmHg pada systole perlu dicurigai timbulnya hipertensi atau preeklamsi
postpartum.
4)
Pernafasan
Frekwensi pernafasan
normal berkisar antara 18-24 kali per menit. Pada saat partus frekwensi
pernafasan akan meningkat karena kebutuhan oksigen yang yang tinggi untuk
tenaga ibu meneran / mengejan dan mempertahankan agar persediaan oksigen ke
janin tetap terpenuhi. Setelah partus selesai, frekwensi pernafasan biasanya
berhubungan dengan suhu dan denyut nadi.
g.
Hormon
Selama
kehamilan terjadi peningkatan kadar hormone esrogen dan progesterone. Hormon
tersebut berfungsi untuk mempertahankan agar dinding uterus tetap tumbuh dan
berproliferasi sebagai media tempat tumbuh dan berkembangnya hasil konsepsi.
Sekitar 1-2 minggu sebelum partus dimulai, kadar hormon estrogen dan
progesterone akan menurun.
h. Sistem peredaran darah (Cardio
Vascular)
Perubahan
horone selama hamil dapat menyebabkan terjadinya hemodilusi sehingga kadar
Hemoglobin (Hb wanita hamil biasanya sedikit lebih rendah dibandingkan dengan
wanita tidak hamil. Selain itu, terdapat hubungan antara sirkulasi darah ibu
dengan sirkulasi janin melaui plasenta. Setelah janin dilahirkan, hubungan
sirkulasi darah tersebut akna terputus sehingga volume darah ibu relative akan
meningkat. Keadaan ini terjadi secara cepat dan mengakibatkan beban kerja
jantung sedikit meningkat. Namun hal tersebut segera diatasi oleh system
homeostatis tubuh dengan mekanisme kompensasi berupa timbulnya hemokonsentrasi
sehingga volume darah akan kembali normal. Biasanya ini akan terjadi sekitar 1
sampai 2 minggu setelah melahirkan.
i. Sistem Pencernaan
Pada
ibu yang melahirkan dengan cara operasi (Sectio Caesarea) biasanya membutuhkan
waktu sekitar 1-3 hari agar fungsi cairan cerna dan nafsu makan dapat kembali
normal. Ibu yang melahirkan secara spontan biasanya lebih cepat lapar karena
telah mengeluarkan energi yang begitu banyak pada saat proses melahirkan. Buang
air besar (BAB) biasanya mengalami perubahan pada 1-3 hari pertama postpartum.
Hal ini disebabkan terjadinya penurunan tonus otot selama proses persalinan.
Selain itu, enema sebelum melahirkan, kurang asupan nutrisi dan dehidrasi serta
dugaan ibu terhadap timbulnya rasa nyeri disekitar anus / perineum setiap kali
akan b.a.b juga mempengaruhi defekasi secara spontan. Faktor-faktor tersebut
sering menyebabkan sering timbulnya konstipasi pada ibu nifas dalam minggu
pertama. Kebiasaan defekasi yang teratur perlu dilatih kembali setelah tonus
otot kembali normal.
j.
Sistem perkemihan
Diuresis postpartum normal terjadi 24
jam setelah melahirkan sebagai respon terhadap penurunan estrogen. Kandung
kencing masa nifas mempunyai kapasitas yang bertambah besar dan relative tidak
sensitive terhadap tekanan cairan intravesika. Urin dalam jumlah besar akan
dihasilkan dalam waktu 12 – 36 jam sesudah melahirkan (Rukiyah,2013: 65 ).
k. Sistem Endokrin
Keadaan hormone plasenta menurun dengan
cepat, hormone plasenta laktogen tidak dapat terdeteksi dalam 24 jam post
partum, hormone HCG menurun dengan cepat, estrogen turun sampai 10% (Rukiyah,
2013: 72).
6.
Perubahan
Psikologi Masa Nifas
Perubahan psikologi
sebenarnya sudah terjadi pada saat kehamilan. Menjelang persalinan, perasaan
senang dan cemas bercampur menjadi satu. Perasaan senang timbul karena akan
berubah peran menajdi seorang ibu dan segera bertemu dengan bayi yang telah
lama dinanti-nantikan. Timbulnya perasaan cemas akarena khawatir terhadap calon
bayi yang akan dilahirkan, apakah bayi akan lahir sempurna atau tidak.
Adanya perasaan
kehilangan sesuatu secara fisik sesudah melahirkan akan menjurus pada suatu
reaksi perasaan sedih. Kemurungan dan kesedihan dapat semakin bertambah oleh
karena ketidaknyamanan secara fisik, rasa letih setelah proses persalinan,
stress, kecemasan, adanya ketegangan dalam keluarga, kurang istirahat karena
harus melayani keluarga dan tamu yang berkunjung untuk melihat bayi atau sikap
petugas yang tidak ramah.
Minggu-minggu pertama
masa nifas merupakan masa rentan bagi seorang ibu. Pada saat yang sama, ibu
baru (primipara) mungkin frustasi karena
merasa tidak kompeten dalam merawat bayi dan tidak mampu mengontrol
situasi. Semua wanita akan mengalami perubahan ini, namun penanganan yang
dilakukan dari setiap wanita untuk
mengatasinya pasti akan berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh pola asuh dalam
keluarga dimana wanita tersebut dibesarkan, lingkungan, adat istiadat setempat,
suku, bangsa, pendidikan serta pengalaman yang didapat (Maritalia Dewi,2014
:30).
a. Adaptasi Psikologis Ibu Dalam Masa Nifas
Pada primipara, menjadi orang tua merupakan
pengalaman tersendiri dan sapat menimbulkan stress apabila tidak ditangani
dengan segera. Perubahan peran wanita biasa menjadi seorang ibu memerlukan
adaptasi sehingga moral yang sangat cepat setelah proses melahirkan juga ikut
mempengaruhi keadaan emosi dan proses adaptasi ibu pada masa nifas. Fase-fase
yang akan dialami oleh ibu pada masa nifas antara lain adalah sebagai berikut :
1)
Fase
Taking In
Merupakan fase
ketergantungan yang berlangsung dari hari pertama sampai hari ke dua setelah
melahirkan. Ibu terfokus pada dirinya sendiri sehingga cenderung pasif terhadap
lingkungannya. Ketidaknyamanan yang dialami ibu lebih disebabkan karena proses
persalinan yang baru saja dilaluinya. Rasa mules, nyeri pda jalan lahir, kurang
tidur atau kekelahan, merupakan hal yang sering dikeluhkan oleh ibu. Pada fase
ini, kebutuhan istirahat, asupan nutrisi dan komunikasi yang baik harus dapat
terpenuhi. Bila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, ibu dapat mengalami
gangguan psikologis berupa : kekecewaan pada bayinya, ketidaknyamanan sebagai
akibat perubahan fisik yang dialami, rasa bersalah karena belum bisa menyusui
bayinya dan kritikan suami atau keluarga tentang perawatan bayinya.
2)
Fase Taking Hold
Merupakan fase yang
berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu merasa khawatir akan
ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab dalam perawatan bayinya. Perasaan ibu
lebih sensitif sehingga mudah tersinggung. Hal yang perlu diperhatikan adalah
komunikasi yang baik, dukungan dna pemberian penyuluhan atau pendidikan
kesehatan tentang perawatan diri dan bayi, cara menyusui yang baik dan benar,
cara perawatan luka jalan lahir, mobilisasi postpartum, senam nifas, nutrisi,
istirahat, kebersihan diri dan lain-lain.
3)
Fase Letting Go
Fase ini merupakan fase
menerima tanggungjawab akan peran barunya sehingga seoranng ibu. Fase ini
berlagsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai dapat menyesuaikan diri
dengan ketergantungan bayinya dan siap menjadi pelindung bagi bayinya.
Perawatan ibu terhadap diri dan bayinya semakin meningkat. Rasa percaya diri
ibu akan peran barunya mulai tumbuh, lebih mandiri dalm memenuhi kebutuhan
dirinya dan bayinya. Dukungan suami dan keluarga dapat membantu ibu untuk lebih
menigkatkan rasa percaya diri dalam merawat bayinya. Kebutuhan akan istirahat
dan nutrisi yang cukup masih sangat
diperlukan ibu untuk menjaga kondisi fisiknya.
b. Postpartum Blues (Baby Blues)
Postpartum blues
merupakan perasaan sedih yang dialami oleh seorang ibu berkaitan dengan
bayinya. Biasanya muncul sekitar 2 hari smapai 2 minggu sejak kelahiran bayi.
Keadaan ini disebabkan oleh perubahan perasaan yang dialami ibu saat hamil sehingga
sulit menerima kehadiran bayinya. Perubahan perasaan ini merupakan respon alami
terhadap rasa lelah yang dirasakan. Selain itu juga karena perubahan fisik dan
emosional selama bebrapa bulan kehamilan. Perubahan hormone yang sangat cepat
antara kehamilan dan setelah proses persalinan sangat berpengaruh dalam hal
bagaimana ibu bereaksi terhadap situasi yang berbeda.
Setelah melahirkan dan
terlepasnya plasenta dari dinding rahim, tubuh ibu menglami perubahan besar
dalam jumlah hormone sehingga membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri.
Disangmping perubahan fisik hadirnya seorang bayi dapat mmebuat perbedaan besar
daam kehidupan ibu dalam hubungannya dengan suami, orang tua, maupun anggota
keluarga lain. Perubahan ini kana kembali secara perlahan setelah ibu
menyesuaikan diri dengan peran barunya dan akan hilang dengan sendiirinya
sekitar 10-14 hari setelah melahirkan.Ibu yang mengalami baby blues akan
mengalami perubahan perasaan, menangis, cemas, kesepian, khawatir yang
berlebihan mengenai sang bayi, penurunan gairah sex, dan kurang percaya diri
terhadap kemampuan menjadi seorang ibu. Jika hal ini terjadi, ibu disarankan
untuk melakukan hal-hal sebagai berikut :
1)
Minta suami atau keluarga untuk mmebantu
dalam merawat bayi atau melakukan tugas-tugas rumah tangga sehingga ibu bisa
cukup istirahat untuk menghilangkan kelelahan.
2)
Komunikasikan dengan suami atau keluarga
mengenai apa yang sedang ibu rasakan, mintalah dukungan dan pertolongannya.
3)
Buang rasa cemas dan kekhawatiran yang
berlebihan akan kemampuan merawat bayi.
4)
Carilah hiburan dan luangkan waktu untuk
istirahat dan menyenangkan diri sendiri, misalnya dengan cara menonton, membaca
atau mendengar musik.
c. Depresi Post Pratum
Kesediha atau kemurungan yang dialami
ibu pada masa nifas merupakan hal yang normal. Keadaan ini disebabkan oleh
perubahan yang terjadi dalam tubuh seorang wanita selama kehamilan dan setelah
bayi lahir. Seorang ibu primipara lebih beresiko menglami kesedihan atau
kemurungan postpartum karena ia belum mempunyai pengalaman dalam merawat dan
menyusui bayinya. Kesedihan atau kemurungan yang terjadi pada masa awal masa
nifas merupakan hal yang umum dan akan hilang sendiri dalam dua minggu sesudah
melahirkan setelah ibu melewati proses adaptasi.
Ada kalanya ibu merasakan kesedihan
karena kebebasan, otonimi, interaksi sosial, kemandirinnya berkurang setelah
mempunyai bayi. Hal ini akan mengakibatkan depresi pasca persalinan (depresi
postpartum). Ibu yang mengalami depresi postpartum akan menunjukan tanda-tanda
sebagai berikut : sulit tidur, tidak ada nafsu makan, perasaan tidak berdaya
atau kehilangan kontrol, terlau cemas atau tidak perhatian sama sekali pada
bayinya, tidak menyukai atau takut menyentuh bayi, pikiran yang menakutkan
mengenai bayi, sedikit atau tidak ada perhatian terhadap penampilan diri,
gejala fisik seperti sulit bernafas atau perasan berdebar-debar.
Jika ibu mengalami sebagian tanda-tanda
seperti yang tersebut di atas sebaiknya lakukan konseling pada ibu dan
keluarga. Penanganan yang cepat dan tepat perlu segera dilakukan untuk mencegah
agar tidak menjadi lebih parah. Jika depresi berkepanjangan ibu perlu
mendapatkan peawatan dan terapi khusus di rumah sakit.
d. Respon Antara Ibu dan Bayi Setelah Persalinan
1)
Touch
(Sentuhan)
Sentuhan yang dilakukan
ibu poada bayinya seperti membelai-belai kepala bayi dengna lembut, mencium
bayi, menyentuh wajah dan ekstremitas, memeluk dan menggendong bayi dapat
membuat bayi merasa aman dan nyaman. Biasanya bayi akan memberikan respon
terhadap sentuhan ibu dengan cara menggenggam jari ibu atau memegang seubtai
rambut ibu. Gerakan lembut ibu ketika menyentuh bayinya akan menenangkan bayi.
Hal ini akan terus berlanjut seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan bayi.
Seiring kita jumpai, ketika seorang anak sedang mengalami masalah atau
menangis, dia akan segera berlari ke pelukan ibunya untuk mendapatkan rasa aman
dan nyaman yang akan membuatnya tenang.
2)
Eye
To Eye Contact (Kontak Mata)
Kontak mata mempunyai
efek yang erat terhadap perkembangan dimulainya hubungan dan rasa percaya
sebagai faktor yang penting sebagai hubungan antar manusia pada umumnya. Bayi
baru lahir dapat memusatkan perhatian pada suatu objek, satu jam setelah
kelahiran pada jarak sekitar 20-25 cm, dan dapat memusatkan pandangan sebagai
orang dewasa sekitar 4 bulan. Kontak mata antara ibu dan bayinya harus
dilakukan sesegera mungkin setelah bayi lahir. Setelah dilakukan pemotongan
tali pusat, sebelum dilakukan IMD, sebaiknya bayi diperlihatkan dulu pada ibu
agar ibu bisa melihat keadaan bayinya dan ini akan membuat ibu merasa tenang.
Kontak mata antara ibu dan bayi hendaknya dapat terus dipertahankan setiap kali
ibu berkomunikasi dengan bayinya. Hal ini bisa dilakukan ketika ibub memberikan
ASI pada bayinya, memandikan bayi, mengganti popok atau melakukan tindakan
lainnya.
3)
Odor
(Bau
Badan)
Begitu dilahirkan, indra
penciuman bayi sudah berkembang dengan baik dan sangat berperan dalam nalurinya
untuk mempertahankan hidup oleh karena itu, ketika dilakukan IMD (Inisiasi
Menyesui Dini), kedua telapak tangan bayi tidak boleh dibersihkan agar bau air
ketuban yang ada di tangan tersebut tetap terjaga dan menjadi panduan bagi bayi
untuk menemukan putting susu ibunya.
Pada akhir minggu
pertama kehidupannya seorang bayi dapat mengenali ibunya dari bau badan dan air
susu ibunya. Indra penciuman bayi akan terus terasah jika seorang ibu dapat
terus memberikan ASI pada bayinya.
4)
Body
Warm
( Kehangatan Tubuh)
Bayi baru lahir sangat
mudah mengalami hypotermi karen atidak ada lagi air ketuban yang melindunginya
dari perubahan suhu yang terjadi secara ekstrim di luar uterus. Jika tidak ada
komplikasi yang serius pada ibu dan bayi selama proses persalinna, bayi dapat
diletakan di atas perut ibu segera setelah dilakukan pemotongan tali pusat.
Kontak antara ibu dan bayi yang dilakukan segera setelah lahir ini dikenal
dengan istilah Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Inisiasi Menyusu Dini memberikan
banyak manfaat baik bagi ibu maupun bayi. Selain mencegah hypotermi, IMD juga
dapat meningkatkan bounding attachment antara ibu dan bayi, meng-explore bayi
dalam menemukan putting susu ibunya sebagai langkah awal kehidupan daam
mempertahankan diri, merangsang pengeluaran oksitoksin yang berfungsi untuk
kontraksi uterus sehingga dapat mengurangi resiko perdarahan postpartum.
5)
Voice (Suara)
Sistem pendengaran janin sudah mulai
berfungsi pada usia sekitar 30 minggu atau memasuki trimester ketiga kehamilan.
Sejak dilahirkan, bayi dapat mendengarka suara-suara dan membedakan nada, meskipun
suara-suara tersebut terhalang selama beberapa hari oleh cairan amnion dari
rahim yang melekat pada telinga. Respon yang diberikan bayi pada ibu berupa
tangisan pertama setelah lahir akan membuat ibu merasa senang karena bayi telah
lahir dengan selamat.
6)
Entrainment
(Gaya Bahasa)
Bayi baru lahir mulai membedakan dan
menemukan perubahan struktur bicara dan bahasa dari orang-orang yang berada
disekitarnya. Perubahan nada suara ibu ketika berkomunikasi dengan bayinya
seperti bercerita, mengajak bercanda atau sedang memarahi bayi, secara perlahan
mulai dapat memahami dan dipelajari bayi. Bayi akan berespon dengan
mengeluarkan suara-suara tertentu dari
mulutnya ketika ibu sedang mengajaknya bercanda. Sebaliknya, bila ibu
memarahi atau mengeluarkan suara yang agak keras dan tegasa terhadap tingkah
laku bayi yang tidak diinginkannya, bayi akan terdiam atau bahkan menangis.
Perkembangan bayi dalam berbicara dan bahasa dipengaruhi dan diatur jauh
sebelum ia menggunakan bahasa dalam berkomunikasi yang sesungguhnya.
7)
Biorhytmic (Irama
Kehidupan)
Di dalam rahim janin belajar
menyesuaikan diri dengan irama alamiah ibunya, seperti detak jantung. Selama
lebih kurang 40 minggu di dalam rahim, janin terbiasa mendengar suara detak
jantung ibu (Maritalia Dewi, 2014 : 38).
e. Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas
Ibu yang berada dalam
masa nifas mempunyai kebutuhan dasar khusus agar dapat melewati maa nifas
dengan aman, sehat dan sejahtera sekali gus menunjang keberhasilan menyusui.
Kebutuhan masa nifas antara lain sebagai berikut :
1)
Nutrisi
dan Cairan
Ibu nifas aharus
mengkonsumsi makanan yang mengandung zat-zat yang berguna bagi tubuh ibu pasca
melahirkan dan untuk persiapan produksi ASI, bervariasi dan seimbang, terpenuhi
kebutuhan karbohidrat, protein, zat besi, vitamin dan mineral untuk mengatasi
anemia, cairan dan serat untuk memperlancar ekskresi.
Nutrisi yang dikonsumsi
harus bermutu tinggi, bergizi dan mengandung cukup kalori yang berfungsi untuk
proses metabolisme tubuh. Kebutuhan kalori wanita dewasa yang sehat dengan
berat badan 47 kg diperkirakan sekitar 2.200 kalori/hari. Ibu yang berada dalam
masa nifas dan menyusui membutuhkan kalori yang sama dengan wanita dewasa,
ditambah 700 kalori pada 6 bulan pertama untuk memberikan ASI eksklusif dan 500
kalori pada bulan ke tujuh dan selanjutnya.
Ibu juga dianjurkan
untuk minum setiap kali dan menjaga hidrasi sedikitnya 3 liter setiap hari.
Tablet besi masih tetap diminum untuk mencegah anemia, minimal sampai 40 hari
post partum. Vitamin A (200.000 IU) dianjurkan untuk mempercepat proses penyembuhan pasca salin dan
mentransfernya ke bayi melaui ASI.
Ibu nifas yang membatasi
asupan kaori secara berlebihan sehingga menyebabkan terjadinya penurunan berat
badan lebih dari setengah Kg/minggu, akan mempengaruhi produksi ASI (Maritalia
Dewi,214 : 47).
2)
Ambulasi
Pada
persalinan normal, ibu tidak terpasang infus dan kateter serta tanda-tanda
vital berada dalam batas normal, biasanya ibu diperbolehkan ke kamar mandi
dengan dibantu, satu atau dua jam setelah melahirkan. Namun sebelumnya ibu
diminta untuk melakukan latihan menarik nafas yang dalam serta latihan tungkai
sederhana dengan cara mengayunkan tungkainya di tepi tempat tidur.
Mobilisasi sebaiknya
dilakukan secara bertahap. Diawa dengan gerakan miring ke kanan dan ke kiri di
atas tempat tidur mobilisasi ini tidak mutlak, bervariasi tergantung pada ada
tidaknya komplikasi persalinan, nifas dan status kesehatan ibu sendiri. Terkait
dengan mobilisasi, ibu sebaiknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a)
Mobilisasi jangan dilakukan terlau cepat
karena bisa menyebabkan ibu terjatuh. Apalagi bila kondisi ibu masih lemah atau
memiliki penyakit jantung. Namun, mobilisasi yang terlambat dilakukan juga
tidak baik bagi ibu karena bisa menyebabkan gangguan fungsi organ tubuh, tersumbatnya
airan darah, gangguan fungsi otot-rangka dan lain-lain.
b)
Pastikan bahwa ibu bisa melakukan
gerakan-gerakan tersebut di atas secara bertahap, jangan terburu-buru.
c)
Pemulihan pasca salin akan berlangsug
lebih cepat bila ibu melakukan mobilisasi dengn benar dan tepat, terutama untuk
sistem peredaran darah, pernafasan dan otot-rangka.
Jangan melkaukan
mobilisasi secara berlebihan karena bisa menyebabkan meningkatnya beban kerja
jantung (Maritalia Dewi,214 : 48).
3)
Eliminasi
Pada kala IV persalinan
pemantauan urin dilakukan selama 2 jam, setiap 15 menit sekali pada 1 jam
pertama dan 3 menit sekai pada jam berikutnya. Pemantauan urin dilakukan untuk
memastikan kandung kemih tetap kosong sehingga uterus dapat berkontraksi dengan
baik. Dengan adanya kontraksi uterus yang adekuat diharapkan perdarahan post
partum dapat dihindari.
Memasuki masa nifas, ibu
diharapkan untuk berkemih dalam 6-8 jam pertama. Pengeluaran urin masih tetap
dipantau dan diharapkan setiap kai berkemih urin yang keluar minimal sekitar 150
ml. Ibu nifas yang mengalami kesulitan dalam berkemih kemungkinan disebabkan
oleh menurunnya tonus otot kandung kemih, adanya edema akibat trauma persalinan
dan rasa takut timbulnya rasa nyeri setiap kai berkemih.
Kebutuhan untuk defekasi
biasanya timbul pada hari pertama sampai hari ke tigapost partum. Kebutuhan ini
dapat terpenuhi bila ibu mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi serat,
cukup cairan dan melakukan mobilisasi dengan baik dan benar. Bila lebih dari
waktu tersebut ibu belum mengalami defekasi mungkin perlu diberikan obat
pencahar (Maritalia Dewi,214 : 49).
4)
Kebersihan
Diri/ Perineum
Kebersihan adalah
keadaan bebas dari kotoran, termasuk diantaranya debu, sampah, bau, virus,
bakteri patogen dan bahan kimia berbahaya. Kebersihan merupakan salah satu
tanda dari keadaan hygiene yang baik. Manusi perlu menjaga kebersihan
lingkungan dan kebersihan diri agar sehat, tidak bau, tidak malu, tidak
menyebarkan kotoran, atau menularkan kuman penyakit bagi diri sendiri maupun
orang lain. Kebersihan badan atau personal hygiene meliputi kebersihan diri
sendiri, seperti mandi, menyikat gigi, mencuci tangan, dan memakai pakaian yang
bersih. Tingkat kebersihan antara setiap orang berbed-beda satu sama lain.
Pada masa nifas yang
berlangsung selama lebih kurang 40 hari, kebersihan vagina perlu mendapat
perhatian lebih. Vagina merupakan bagian dari jalan lahir yang dilewati janin
pada saat proses persalinan. Kebersihan vagina yang tidak terjaga dengan baik
pada masa nifas dapat menyebabkan timbulnya infeksi pada vagina itu sendiri
yang dapat meluas sampai ke rahim.
Beberapa alasan perlunya
meningkatkan kebersihan vagina pada masa nifas :
a)
Adanya darah dan cairan yang keluar dari
vagina selama masa nifas yang disebut lochea
b)
Secara anatomis, letak vagina berdekatan
dengan saluran buang air kecil (Meatus eksternus uretrae ) dan buang air besar
(Anus) yang setiap hari kita lakukan. Kedua saluran tersebut merupakan saluran
pembuangan (Muara eksterna) dan banyak mengandung mikroorganisme patogen.
c)
Adanya luka/ trauma didaerah perineum
yang terjadi akibat proses persalinan dan bila terkena kotoran dapat
terinfeksi.
d)
Vagina merupakan organ terbuka yang
mudah dimasuki mikroorganisme yang dapat menjalar ke rahim.
Untuk menjaga
kebersihan vagina pada masa nifas dapat dilakukan dengan cara :
a)
Setiap selesai b.a.k atau b.a.b siramlah
mulut vagina dengan air bersih basuh dari arah ke depan ke belakang hingga
tidak ada sisa-sisa kotoran yang menempel di sekitar vagina baik itu urin
maupun feses yang mengandung mikroorganisme dan bisa menimbulkan infeksi pada
luka jahitan.
b)
Bila keadana vagina terlaku kotor,
cucilah dengan sabun atau cairan antiseptic yang berfungsi untuk menghilangkan mikroorganisme
yang terlanjur berkembangbiak di darah tersebut.
c)
Bila keadaan luka perineum terlalu luas
atau ibu dilakukan episiotomi, upaya menjaga kebersihan vagina dapat dilakukan
dengan cara duduk berendam dalam cairan antiseptik selama 1 menit setelah b.a.k
atau b.a.b
d)
Mengganti pembalut setiap selesai
membersihkan vagina agar mikroorganisme yang ada pada pembalut tersebut tidak
ikut terbawa ke vagina yang baru dibersihkan.
e)
Keringkan vagina dengan tisu atau handuk
lembut setiap kai selesai membasuh agar tetap kering dan kemudian kenakan
pembalut yang baru
f)
Bila ibu membutuhkan salep antibiotik,
dapat dioleskan sebelum memakai pembalut yang baru.
5)
Istirahat
Kebutuhan
istirahat sangat diperlukan ibu beberapa jam setelah melahirkan. Proses
persalinan yang lama dan melelahkan dapat membuat ibu frustasi bahkan depresi
apabila kebutuhan istirahatnya tidak terpenuhi. Bila ibu mengalami kesulitan
untuk tidur pada malam hari, satu atau dua pertama setelah melahirkan, dapat
diberikan bantuan obat tidur dengan mengkonsultasikannya terlebih dulu dengan
dokter. Insomia pada ibu nifas merupakan salah satu tanda peringatan untuk
psikosis nifas.
Masa nifas sangat erat
kaitannya dengan gangguan pola tidur yang dialami ibu, terutama segera setelah
melahirkan. Pada tiga hari pertama dapat merupakan hari yang sulit bagi ibu
akibat menumpuknya kelelahan karena proses persalinan dan nyeri yang timbul
pada luka perineum. Secara teoritis, pola tidur akan kembali mendekati normal
dalam 2 sampai 3 minggu setelah persalinan.
Kebutuhan tidur
rata-rata pada orang dewasa sekitar 7-8 jam pertama per 24 jam. Semakin bertambahnya
usia, maka kebutuhan tidur juga akan semakin berkurang. Pada ibu nifas, kurang
istirahat akan mengakibatkan :
a)
Berkurangnya produksi ASI
b)
Memperlambat proses involusi uterus dan
meningkatkan perdarahan
c)
Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan
untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.
6)
Seksual
Masa
nifas yang berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari merupakan masa pembersihan
rahim. Sama halnya seperti pada saat menstruasi, darah nifas mengandung
trombosit, sel-sel degeneratif, sel-sel mati dan sisa sel-sel endometrium.
Banyak pasangan suami istri merasa frekwensi berhubungan intim semakin
berkurang setelah memiliki anak.
Ada anggapan bahwa
setelah persalinan seorang wanita kurang bergairah karena pengaruh hormon,
terutama pada bulan-bulan pertama pasca melahirkan. Sebenarnya, kegiatan
mnegurus bayi dan menyusui membuat wanita lebih banyak mencurahkan perhatian
kepada si kecil di bandingkan suami. Untuk memiliki waktu berdua saja sulit
apalagi berhubungan intim. Beberapa bulan pertama setelah melahirkan, memang
hormon pada wanita akan di program ulang untuk menyusui dan mengasuh bayi.
Ibu yang baru melahirkan
boleh melakukan hubungan seksual kembali setelah 6 minggu persalinan. Batasan
waktu 6 minggu didasarkan atas pemikiran pada masa itu semua luka akibat
persalinan, termasuk luka episiotomi dan luka bekas Sectio Caesarea (SC)
biasanya telah sembuh dengan baik. Bila suatu persalinan dipastikan tidak ada
luka atau laserasi/robek pada jaringan, hubungan seks bahkan telah boleh
dilakukan 3-4 minggu setelah proses melahirkan.
7.
Macam
– Macam Tanda Bahaya Masa Nifas
Yang
termasuk tanda bahaya masa nifas antara lain :
a.
Perdarahan
Pervaginam
Perdarahan
post partum paing sering di artikan sebagai keadaan kehilangan darah lebih dari
500 mL selama 24 jam pertama sesudah kelahiran bayi. Perdarahan postpartum
adalah merupakan penyebab penting kehilangan darah serius yang paling sering
dijumpai di bagian ostetrik. Sebagai penyebab langsung kematian ibu, perdarahan
post partum merupakan penyebab sekitar ¼ dari keseluruhan kematian akibat
perdarahan obstetric yang diakibatkan oleh perdarahan postpartum.
Perdarahan
pervaginam yang melebihhi 500 ml setelah bersalin di definisikan sebagai
perdarahan pasca persalinan. Terdapat beberapa masalah mengenai definisi ini
1)
Perkiraan kehilangan darah biasanya
tidak sebanyak yang sebenarnya, kadang- kadang hanya setengah dari biasanya.
Darah tersebut bercampur dengan cairan amnion atau dengan urine, darah juga
terbesar pada spon, handuk dan kain di dalam ember dan di lantai.
2)
Volume
darah yang hilang juga bervariasi akibatnya sesuai dengan kadar hemoglobin ibu.
Seorang ibu dengan kadar Hb norma akan dapat menyesuaikan diri terhadap
kehilangan darah yang akan berakibat fatal pada anemia. Seseorang ibu yang
sehat dan tidak anemi pun dapat mengalami akibat fatal dari kehilangan darah.
3)
Perdarahan dapat terjadi dengan lambat untuk
jangka waktu beberapa jam dan kondisi ini dapat dikenali sampai terjadi syok. Penilaian
resiko pada saat antenatal tidak dapat memperkirakan akan terjadinya perdarahan
pasca persalinan. Penanganan aktif kala III sebaiknya dilakukan pada semua
wanita yang bersalin karena hal ini dapat menurunkan insiden perdarahan pasca
persalinna akibat atonia uteri. Semua ibu pasca bersalin harus di pantau dengan
ketat untuk mendiagnosis perdarahan fase persalinan.
Jenis
Perdarahan Pervaginam :
a) Perdarahan Postpartum Primer :
Perdarahan Post Partum
Primer adalah mencangkup semua kejadian perdarahan dalam 24 jam setelah
kelahiran ( Marmi,2014 :162).
Perdarahan Post Partum
dini ( Early poat partum ) atau perdarahan post partum primer adalah perdarahan
terjadi dalam 24 jam pertama setelah bayi lahir.
Penyebab
:
1)
Uterus atonia, yang dapat terjadi karena
plasenta atau selaput ketuban tertahan.
2)
Trauma genital, yang meliputi penyebab
spontan dan trauma akibat penatalaksanaan atau gangguan, misalnya kelahiran
yang menggunakan peralatan termasuk sectio caesaria dan episiotomi.
3)
Koagulasi Intramuskular Diseminata
4)
Intervensi Uterus
b)
Perdarahan
Post Partum Sekunder
Perdarahan Post Partum
Sekunder adalah mencangkup semua kejadian PPH yang terjadi antara 24 jam
setelah kelahiran bayi dan 6 minggu masa post partum.
Penyebab
:
1)
Atonia Uteri
Atonia
uteri adalah suatu keadaan dimana uterus gagal berkontraksi dengan baik setelah
persalian peyebab atonia uteri antara lain :
a)
Umur ibu yang terlau muda ( kurang dari
2 tahun) atau terlalu tua (lebih dari 4 tahun)
b)
Status Paritas (multipara dan grande
multi)
c)
Partus lama atau partus tak maju
d)
Uterus terlalu regang atau besar (pada
kehamilan kembar atau bayi besar)
e)
Kelainan uterus
f)
Faktor sosial ekonomi yang berpengaruh
terhadap ststus gizi ibu.
2)
Retensio Plasenta
Retensio plasenta adalah suatu keadaan
dimana plasenta belum lahir dalam waktu lebih dari 30 menit setelah bayi lahir.
Retensio plasenta sering juga diartikan sebagai tertahannya plasenta di dalam
uterus. Retensio plasenta dapat terjadi karena kontraksi uterus tidak adekuat
selama proses persalinan sehingga plasenta tidak dapat lepas dari dinding
uterus. Implantasi atau perlekatan plasenta pada dinding uterus dapat dibagi
menjadi plasenta normal, plasenta adesiva, plasenta inkreta, plasenta akreta
dan plasenta preketa.
3)
Inversio uteri
Inversio uteri adalah suatu keadaan dimana
funsud uteri terbalik sebagian atau seluruhnya ke dalam kavum uteri.
Penyebab
:
a)
Uterus lembek dan lemah (tidak
berkontraksi)
b)
Grandemultipara
c)
Kelemahan pada organ reproduksi (tonus
otot rahim yang lemah)
d)
Meningkatnya tekanan abdominal (akibat
mengejan yang terlau kuat atau batuk yang berlebihan)
Inversio
uteri dibagi menjadi :
a)
Inversio uteri ringan
Terbaliknya
fundus uteri ke dalam cavum uteri namun belum keluar dari rongga rahim
b)
Inversio uteri sedang
Fundus
uteri terbaik menonjol ke cavum uteri dan sudah masuk ke dalam vagina.
c)
Inversio uteri berat
Uterus
dan vagina dalam keadaan terbalik dan sebagian sudah keluar dari vagina.
4)
Robekan jalan lahir
Robekan jalan lahir merupakan laserasi
atau luka yang terjadi di sepanjang jalan lahir (perineum) akibat proses
persalinan. Robekan jalan lahir dapat terjadi secara disengaja (episiotomy)
atau tidak disengaja. Robekan jalan lahir sering tidak diketahui sehingga tidak
tertangani dengan baik. Penyebab perdarahan post partum yang kedua setelah
retensio plasenta adalah robekan jalan lahir.
Tanda-tanda ibu yang mengalami robekan
jalan lahir adalah perdarahan segera yang mengalir dan terjadi segera setelah
bayi lahir, kontraksi uterus baik, plasenta baik, kadag ibu gerlihat pucat,
lemah dan menggigil akibat berkurangnya haemoglobin.
Berdasarkan kedalam dan luasnya laserasi,
robekan jalan lahir/perineum di bagi menjadi 4 tingkat yaitu :
a)
Tingkat 1 : Robekan
hanya terjadi pada selaput lendir vagina atau tanpa mengenai kulit perineum.
b)
Tingkat II : Robekan mengenai selaput lendir
vagina dan otot perineum transversalis tapi tidak mengenai sphingter ani.
c)
Tingkat III :
Robekan mengenai seluruh perineum
dan otot sphingterani.
d)
Tingkat IV : Robekan sampai ke mukosa rektum.
5)
Tertinggalnya sebagian sisa plasenta
dalam uterus
Sisa plasenta yang masih tertinggal di
dalam uterus dapat menyebabkan terjadinya perdarahan. Bagian plasenta yang
masih menempel pad adinding uterus mengakibatkan kontraksi uterus tidak adekuat
sehingga pembuluh darah yang terbuka pada dinding uterus tidak dapat berkontraksi/terjepit
dengan sempurna (Maritalia Dewi,214:63).
b. Infeksi Nifas
Infeksi nifas
adalah peradangan yang terjadi pada organ reproduksi yang disebabkan oleh
masuknya mikroorganisme atau virus ke dalam organ reproduksi tersebut selama
proses persalinan dan masa nifas.
Mikroorganisme penyebab
infeksi nifas dapat berasal dari eksogen atau endogen. Beberapa mikroorganisme
yang sering menyebabkan infeksi adalah streptococcus, bacil coli dan
staphylococus.
Ibu yang mengalami infeksi
nifas biasanya ditandai dengan demam (peningkatan suhu tubuh di atas 38°c) yang
terjadi selama 2 hari berturut-turut. Adapun faktor predisposisi infeksi nifas
diantaranya perdarahan, trauma persainan, partus lama, retensio plasenta serta
keadaan umum ibu yang buruk (anemia dan malnutrisi)
Patofisiologi terjadinya
infeksi nifas sama dengan patofisiologi infeksi yang terjadi pada system tubuh
yang lain. Masuknya mikroorganisme ke dalam organ reproduksi dapat menyebabkan
infeksi hanya pada organ reproduksi tersebut (infeksi lokal) atau bahkan dapat
menyebar ke organ lain (infeksi sistemik). Infeksi sistemik lebih berbahaya
daripada infeksi lokal, bahkan dapat menyebabkan kematian bila telah terjadi
sepsis.
Macam
– macam infeksi nifas diantaranya :
1)
Endometritis
Endometritis adalah peradangan atau infeksi
yang terjadi pada endometrium. Infeksi ini merupakan jenis infeksi yang paling
sering terjadi pada masa nifas. Mikroorganisme masuk ke endometrium melaui luka
bekas insersio plasenta dan dalam waktu singkat dapat menyebar ke seluruh
endometrium.
Pada
batas daerah yang meradang dan daerah yang tidak mengalami peradangan terdapat
lapisan terdiri atas leukosit. Leukosit akan membuat pagar pertahanan
diantaranya dengan mengeluarkan serum yang mengandung zat anti.
Pada
endometritis yang tidak terlalu parah, di hari pertama penderita akan merasa
kurang sehat dan mengalami nyeri perut. Mulai hari ke 3 terjadi peningkatan
suhu tubuh, frekwensi nadi dan pernafasan cepat. Namun dlama kurun waktu 1
minggu biasanya keadaan ini akan kembali normal bila tubuh mampu melawan
mikroorganisme penyebab infeksi tersebut.
2) Peritonitis
Peritonitis adalah
peradangan atau infeksi yang terjadi pada aperitoneum (selaput dinding perut).
Pada masa nifas peritonitis terjadi akibat penyebaran atau meluasnya infeksi
yang terjadi pada uterus melaui pembuluh limfe. Berbeda dengan peritonitis
umum, peritonitis ini biasanya hanya terbatas pada daerah pelvis sehingga
gejalanya tidak seberat pada peritonitis umum.
Manifestasi klinik atau
gelaja pada ibu nifas yang mengalami peritonitis diantaranya terjadi
peningkatan suhu tubuh dna nyeri perut di bagian bawah. Sedangkan pada
peritonitis umum, selain kedua gejala tersebut di atas juga bertambah dengan
nadi cepat dan kecil, perut kembung, muka pucat, mata cekung, kulit muka dan
akral dingin.
3) Mastitis
Mastitis adalah
peradangan atau infeksi yang terjadi pada payudara atau mammae. Dalam mas nifas
dapat terjadi infeksi dan peradangan pada mammae, terutama pada primipara.
Penyebab infeksi yang paling sering adalah staphilococcus aureus. Manifestasi
klinik atau tanda-tanda ibu yang mengalami mastitis adalah rasa panas dingin
disertai dengan peningkatan suhu tubuh, lesu dan tidak ada nafsu makan, mammae
membesar dan nyeri lokal, kulit merah, membengkak dan nyeri pada perabaan. Jika
tidak segera ditangani dapat terjadi abses. Berdasarkan tempatnya infeksi dapat
dibedakan menjadi :
a)
Mastitis yang menyebabkan abses di bawah
areola mammae.
b)
Mastitis di tengah-tengah mammae yang
menyebabkan abses di tempat tersebut
c)
Mastitis pada jaringan bawah dorsal dari
kelenjar-kelenjar yang menyebabkan abses antara mammae dan otot- otot di
bawahnya.
Mastitis dapat dicegah
dengan melakukan perawatan yang benar pada mammae, terutama pada putting susu
(areola dan papilla mammae). Perawatan terdiri atas membersihkan puting susu
dengan minyak (baby oil) untuk menghilangkan sisa-sisa jaringan kulit yang
mengelupas dan sisa ASI yang sudah mengering. Bila terdapat luka atau lecet
pada putting sebaiknya bayi jangan menyusu pada mammae tersebut dapat
dikeluarkan dengan diperah/dipompa untuk mencegah terjadinya bendungan ASI.
Bendungan ASI adalah
terkumpulnya ASI di dalam payudara akibat penyempitan duktus laktifetus atau
kelenjang yang tidak di kosongkan dengan sempurna pada waktu menyusui bayi atau
karena kelainan pada putting susu.
Beberapa faktor yang di
duga menyebabkan terjadinya bendungan ASI adalah faktor hormon, hisapan bayi,
pengosongan payudara, cara menyusui status gizi ibu dan kelainan pada putting
susu.
Tanda- tanda ibu yang
mengalami bendungan ASI adalah payudara terasa penuh dan panas, berat dan
keras, terlihat mebgkilat meski tidak kemerahan, ASI keluar tidak lancar,
payudara membengkak dan sangat nyeri, puting susu teregang menjadi rata dan ibu
kadnag menjadi demam. Bendungan ASI ini biasanya akan hilang dalam 24 jam.
Upaya yang dapat dilakukan mencegah
terjadinya bendungan ASI adalah :
a)
Inisiasi Menyusui Dini (IMD). Menyusui
bayi sesegera mungkin setelah melahirkan
b)
Menyusui bayi tanpa dijadwalkan (on
demand) atau kapanpun bayi mneginginkan.
c)
Bila produksi ASI melebihi kebutuhan
bayi, keluarkan ASI dengan tangan atau pompa dan simpan dalam lemari pendingin
untuk kebutuhan bayi di hari-hari berikutnya.
d)
Melakukan perawatan payudara setelah
persalinan.
e)
Ketika hendak menyusui keluarkan sedikit
ASI sehingga bayi lebih mudah menangkap dan menghisap putting Sesudah bayi
kenyang menyusu, keluarkan sisa ASI pada payudara terakhir di mana bayi
menyusu.
f)
Ketika hendak mengganti payudara yang
satu dengan yang lainnya pada waktu menyusui, pastika ASI pada payudara pertama
sesudah habis (Maritalia Dewi,2014:57)
4) Infeksi luka perineum
Adalah
Infeksi luka perineum adalah infeksi yang terjadi akibat masuknya
mikroorganisme ke dalam luka perineum. Luka pada perineum dapat terjadi karena
episiotomy atau rupture/robek pada saat proses persalinan. Luka perineum yang
mengalami infeksi aka terasa lebih nyeri, merah dan bengkak. Bila tidak segera
ditangani luka tersebut akan melebar, terbuka dan mengeluarkan getah bernanah
(Maritalia Dewi,2014:63).
c. Sakit Kepala, Nyeri Epigastrik,
penglihatan Kabur
Wanita
yang baru melahirkan sering mengeluh sakit kelpala hebat atau penglihatan kabur.
Penangannya :
1)
Jika ibu sadar periksa nadi, tekanan
darah, pernafasan
2)
Jika ibu tidak bernafas periksa lakukan
ventilisasi dengan masker dan balon, lakukan, intubasi jika perlu dan jika
pernafasan dangkal periksa dan bebaskan jalan nafas dan beri oksigen 4-6 liter
per menit.
3)
Jika pasien tidak sadar atau koma
bebaskan jalan nafas, baringkan pada sisi kiri, ukuran suhu, periksa apakah ada
kaku tengkuk (Marmi,2014 : 166).
d.
Pembengkakan
Di Wajah Atau Ekstremitas
1)
Periksa adanya varises
2)
Periksa kemerahan pada betis
3)
Periksa apakah tulang kering,
pergelangan kaki, kaki oedema (Marmi,2014 : 166).
e.
Demam,
Muntah, Rasa Sakit Waktu Berkemih
Organisme yang menyebabkan
infeksi saluran kemih berasal dari flora normal perineum. Sekarang terdapat
bukti bahwa beberapa galur Escherichia coli memiliki pili yang meningkatkan
virulensinya.
Pada masa nifas dini,
senvtivitas kandung kemih terhadap tegangan air kemih di dalam vesika sering
menurun akibat trauma persalinan serta analgesia atau spinal sensasi peregangan
kandung kemih juga mungkin berkurang akibat rasa tidak nyaman yang ditimbulkan
oleh episiotomi yang lebar, laserasi periutera, atau hematom dinsing vagina.
Setelah melahirkan terutama saat infuse oksitoksin di hentikan terjadi diuresis
yang disertai peningkatan produksi urin dan disensi kandung kemih. Overdistensi
yang disertai kateterisasi untuk mengeluarkan air kemih sering menyebabkan
infeksi menyebabkan infeksi saluran kemih (Marmi,2014 : 167).
f.
Kehilangan
Nafsu Makan Yang Berlebihan
Sesudah
anak lahir ibu akan merasa lelah mungkin juga lemas karena kehabisan tenaga.
Hendaknya lekas berikan minuman hangat, susu, kopi atau teh yang bergula.
Apabila ibu menghandaki makanan, berikan makanan yang sifatnya ringan walaupun
dalam persalinan lambung dan alat pencernaan tidak lnagsung turut mengadakan
proses persalinan, tetapi sedikit atau banyak pasti dipengaruhi proses
persalinan tersebut. Sehingga alat pencernaan perlu istirahat guna memulihkan
keadaan kembali. Oleh karena itu tidak benar bila ibu diberikan makanan
sebanyak-banyaknya walupun ibu mneginginkannya. Tetapi biasanya disebabkan
adanya kelelahan yang amat berat, nafsu makan pun akan terganggu, sehingga ibu
tidak ingin makan sampai kelelahan itu hilang (Marmi,2014 : 167).
g. Rasa Sakit, Merah, Lunak dan
embengkakan di Kaki (Thrombopeblitis)
Selama
masa nifas, dapat terbentuk thrombus sementara pada vena- vena manapun di
pelvis yang mengaami dilatasi, dan mungkin lebih sering mengalaminya.
Faktor
predisposisi : obesitas, peningkatan umur maternal dan tingginya paritas,
riwayat sebelumnya mendukung, anestesi dan pembedahan dengan kemungkinan trauma
yang lama pada keadaan pembuluh vena, anemia maternal, hipotermi atau penyakit
jantung
Manifestasi :
timbul secara akut, timbul rasa nyeri akibat terbakar, nyeri tekan permukaan
(Marmi,2014 : 168).
h. Merasa Sedih Atau Tidak Mampu
Mengasuh Sediri Bayinya Dan Dirinya Sendiri
Pada minggu – minggu awal
setelah persalinan sampai kurang lebih 1 tahun ibu post partum cenderung akan
mengalami perasaan-perasaan yang tidak ada umumnya, seperti merasa sedih, tidak
mampu mengasuh dirinya sendiri dan bayinya.
Faktor penyebab : kekecewaan
emosional yang mengikuti bercampur rasa takut yang dialami kebanyakan wanita
selama hamil dan melahirkan, rasa nyeri pada awal masa nifas, kelelahan akibat
kurang tidur selama persalinan dan telah melahirkan kebanyakan di rumah sakit,
kecemasan akan kemampuannya untuk merawat bayinya setelah menginggalkan rumah
sakit, ketakutan akan menjadi tidak menarik (Marmi,2014 : 168).
BAB
III
KERANGKA
KONSEP, DAN DEFINISI OPERASIONAL
A.
Kerangka
Konsep
Kerangka konsep
penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara
konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variable yang satu dengan
variable yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2010 : 83).
Kerangka konsep
merupakan model konseptuan yang berkaitan dengan bagaimana seseorang peneliti
menyusun teori atau menghubungkan secara logis beberapa faktor yang dianggap
penting untuk masalah (A.Aziz Alimul,2014 : 41).
Pengetahuan
adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang mengadakan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap objek terjadi
melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba dengan sendiri. Pada waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan
tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap objek.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga ( A wawan
dan Dewi,2014:11).
Gambar 1.3
Kerangka konsep penelitian
|
|
||||||
|
|||||||
B.
Definisi
Operasional
Definisi
operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud, atau tentang
apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan (Notoatmomodjo,2010 : 112).
Tabel
1.4
Definisi Operasional
Variabel
|
Sub Variabel
|
Definisi
Operasional
|
Cara Ukur
|
Alat Ukur
|
Hasil Ukur
|
Skala
|
||
Gambaran Pengetahuan ibu nifas tentang tanda bahaya masa nifas
|
1. Pengertian
tanda bahaya masa nifas
2. Macam-macam
tanda bahaya masa nifas
|
Kemampuan ibu untuk mengungkapkan apa
yang diketahuinya tentang tanda bahaya masa nifas
|
Angket
|
Kuesioner
|
1.
Baik jika >76% jawaban benar
2.
Cukup jika 56% jawaban benar
3.
Kurang jika > 56% jawaban
benar (Arikunto, 2006)
|
Ordinal
|
||
BAB IV
METODE
PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yaitu bertujuan untuk mendapatkan desain untuk mendeskripsikan (memaparkan) pengetahuan ibu nifas tentang tanda bahaya masa nifas. Dalam penulisan ini menggunakan desain penelitian survei, yaitu suatu desain yang digunakan untuk menyediakan informasi yang berhubungan dengan prevalensi, distribusi dan hubungan antar variabel dalam suatu populasi (Suyanto,2009).
B.
Variabel penelitian
Variabel dalam penelitian
ini adalah variabel tunggal yaitu Pengetahuan ibu nifas tentang tanda bahaya
masa nifas di Desa Luwung Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon Tahun 2016.
C.
Populasi dan Sempel Penelitian
1.
Populasi
Populasi adalah
keseluruhan dari subjek penelitian (Arikunto,2013 :173). Populasi dalam
penelitian ini adalah selutuh ibu nifas yang ada di Desa Luwung periode bulan Mei
2016 yang berjumlah 20 orang ibu nifas.
2.
Sempel
Sempel adalah sebagian atau wakil populasi
yang diteliti dengan menggeneralisasikan yaitu mengangkat kesimpulan penelitian
sebagai suatu yang berlaku bagi populasi (Arikunto,2013:174).
Adapun teknik pengambilan
sempel dalam peneliti ini adalah total sempling, yaitu seluruh populasi menjadi
anggota yang akan diamati sebagai sempel sebanyak 20 orang ibu nifas.
D. Lokasi dan
Waktu Penelitian
1.
Lokasi
Lokasi yaitu menjelaskan tempat yang akan digunakan untuk penelitian
(Notoatmodjo, 2010 : 86). Penelitian
ini dilaksanakan di desa Luwung Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon.
2.
Waktu Penelitian
Waktu penelitian dimulai
pada bulan Maret s/d April 2016.
3.
Teknik Shampling
Teknik sampling adalah tehnik pengambilan sampel. Dalam penelitian ini
menggunakan tehnik non propability
sampling dengan metode total
sampling. Total sampling yaitu
tehnik pengambilan sampel jika jumlah populasi dijadikan sampel dalam
penelitian (Arikunto,2006).
E. Instrumen
dan Teknik Pengumpulan Data
1. Instrumen
Penelitian
Instrumen Penelitian adalah
alat-alat yang akan digunakan untuk mengumpulkan data. Instrumen ini dapat
berupa kuesioner (daftar pertanyaan) (Notoatmodjo,2010,87).
Instrumen penelitian ini
menggunakan kuesioner pengetahuan ibu nifas. Kuesioner ini digunakan untuk
mengetahui ibu nifas tentang tanda bahaya masa nifas di Desa Luwung Kecamatan
Mundu Kabupaten Cirebon Tahun 2016.
Kuesioner pengetahuan ibu
tentang tanda bahaya masa nifas menggunakan tipe pertanyaan benar-salah dengan
jumlah 20 pertanyaan.
2. Uji
Validitas Dan Reabilitas
a. Uji Validitas
Validitas adalah suatu
indeks yang menunjukan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur
(Notoatmodjo,2010 : 164). Uji validitas dilakukan untuk menguji kevalidan
setiap pertanyaan dalam mengukur instrumennya. Uji validitas ini digunakan
untuk tiap pertanyaan. Teknik uji validitas yang digunakan adalah kolerasi
product moment, skor pertanyaan yang di uji validitasnya di kolerasi dengan
skor total seluruh pertanyaan.
Untuk mengetahui apakah
kuesioner yang kita susun tersebut mampu yang mengukur apa yang hendak kita
ukur, maka perlu di uji dengan uji kolerasi antar skor (Nilai) tiap-tiao item
(Pertanyaan) dengan skor total kuesioner tersebut. Bila semua pertanyaan itu
mempunyai kolerasi yang bermakna (construct
validity) berarti semua item (Pertanyaan) kita ukur (Notoatmodjo,2010 :
164-166).
Uji validitas dapat
digunakan rumus Person Product Moment, setelah
di uji dengan menggunakan uji t dan lalu baru dilihat penafsiran dari indeks
kolerasinya (Abdul,Aziz Alimul Hidayat,2011 : 105).
Keterangan :
r :
Koefisien kolerasi product moment
n : Jumlah responden
X : Sekor pertanyaan
Y :
Sekor total
ƩX : Jumlah skor dalam
variabel X
ƩY : Jumlah skor dalam
variabel Y
ƩX² : Jumlah kuadrat masing-masing
skor X
ƩY² : Jumlah kuadrat
masing-masing skor Y
Suatu item instrumen dikatakan valid bila nilai
kolerasi > sebaliknya jika nilai kolerasi < berarti tidak valid (Notoatmodjo,2010).
b. Uji
Reabilitas
Reabilitas menunjukan pada
suatu pengertian bahwa instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai
alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik, instrumen yang tidak
baik akan bersifat tendensis, mengarahkan responden memilih jawaban-jawaban
tertentu. Apabila ditanya memang benar sesuai dengan kenyataan, maka berapa
kalipun diambil akan sama hasilnya (Arikunto,2015).
Keterangan :
r : Koefisien reabilitas instruen yang di cari
k : Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya
soal
Ʃơt² : Jumlah ariasi skor butir soa ke-n
ơt² : Ariasi total
Ada 3 ting,katan
reabilitas,yaitu :
a.
<0,59 maka tingkat reabilitas rendah
b.
0,60 - 0,89 maka
tingkat reabilitas sedang
c.
0,90 - 1,00 maka
tingkat reabilitas tinggi
Kepuasan Uji :
a.
Bila nilai Cronbah's Alpha ≥ konstanta (0,6), maka
pertanyaan reliabel
b.
Bila nilai Cronbah's Alpha < konstanta (0,6),
maka pertanyaan tidak reliabel.
3. TeknikPengumpulan
Data
Teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini menggunakan data primer yaitu data dikumpulkan sendiri
oleh peneliti dari yang sebelumnya tidak ada dan tujuannya disesuaikan dengan
keperluan peneliti (Hidayat,2010).
a.
Data Primer
Data primer ini diperoleh
langsung dari responden dengan cara membacakan kuisioner kemudian dijawab oleh
ibu nifas.
Sebelum membagikan kuesioner, responden diberikan lembar informed consent (Lembar Persetujuan),
diberi pengarajan tentang cara mengisi kuisioner dan difasilitasi alat tulis
untuk pengisian kuisioner, penelitian ini dilakukan atas persetujuan dan juga
kesediaan responden.
b.
Data Sekunder
Data sekunder adalah data
dikumpulkan tidak langsung oleh si peneliti melainkan oleh pihak lain, terdiri
dari data internal (data yang berasal dari ligkungan sendiri seperti hasil
penelitian sebelumnya, data medical record dll) dan data eksternal (data
berasal dari lingkungan luar seperti publikasi, instansi, badan ilmiah dll.
Dalam penelitian ini data sekundernya adalah buku registrasi ibu bersalin dan
nifas di uskesmas Mundu pada saat penelitian dilakukan yang dilihat pada buku
registrasi ibu bersalin dan nifas.
F. Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan
salah satu langkah yang penting karena data yang diperoleh langsung dari
penelitian masih mentah, belum memberikan informasi apa-apa, dan belum siap
disajikan.
Langkah – langkah pengolahan data sebagai berikut :
a.
Editing (Penyunting
Data)
Peneliti memeriksan dan
mengedit kelengkapan data yang diharapkan, tujuannya adalah untuk mengurangi
kesalahan atau kekurangan yang ada di dalam daftar pertanyaan yang sudah
diselesaikan sampai sejauh ini.
b.
Coding (Kartu
Kode)
Melakukan pengkodean pada
tiap data yang terkumpul dimaksudkan untuk membedakan karakter instrumen guna
memudahkan dalam langkah pengolahan selanjutnya, secara manual atau menggunakan
kalkulator atau komputer. Dalam penelitian ini tindakan coding dilakukan untuk kuesioner tentang pengetahuan ibi nifas
tentang masalah-masalah tanda bahaya nifas dimana jawaban kuesioner ini
menggunakan skala Gluttman dengan kategori benar nilai 1 dan salah nilai 0.
c.
Skoring
Penelitian data dengan
memberikan skor pada item-item yang perlu diberi skor (Arikunto,2013:215).
d.
Tubulassi
Data dan Entry Data
Pada tahap ini dilakukan
perhitungan nilai hasil pre-test dan post-test yang telah dapat kemudian
pengolahan data disusun dan ditampilkan kedalam bentuk table dan grafik,
kemudian memindahkan data dengan bantuan program computer SPSS 16.0 Windows.
BAB IV
METODE
PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yaitu bertujuan untuk mendapatkan desain untuk mendeskripsikan (memaparkan) pengetahuan ibu nifas tentang tanda bahaya masa nifas. Dalam penulisan ini menggunakan desain penelitian survei, yaitu suatu desain yang digunakan untuk menyediakan informasi yang berhubungan dengan prevalensi, distribusi dan hubungan antar variabel dalam suatu populasi (Suyanto,2009).
B.
Variabel penelitian
Variabel dalam penelitian
ini adalah variabel tunggal yaitu Pengetahuan ibu nifas tentang tanda bahaya
masa nifas di Desa Luwung Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon Tahun 2016.
C.
Populasi dan Sempel Penelitian
1.
Populasi
Populasi adalah
keseluruhan dari subjek penelitian (Arikunto,2013 :173). Populasi dalam
penelitian ini adalah selutuh ibu nifas yang ada di Desa Luwung periode bulan Mei
2016 yang berjumlah 20 orang ibu nifas.
2.
Sempel
Sempel adalah sebagian atau wakil populasi
yang diteliti dengan menggeneralisasikan yaitu mengangkat kesimpulan penelitian
sebagai suatu yang berlaku bagi populasi (Arikunto,2013:174).
Adapun teknik pengambilan
sempel dalam peneliti ini adalah total sempling, yaitu seluruh populasi menjadi
anggota yang akan diamati sebagai sempel sebanyak 20 orang ibu nifas.
D. Lokasi dan
Waktu Penelitian
1.
Lokasi
Lokasi yaitu menjelaskan tempat yang akan digunakan untuk penelitian
(Notoatmodjo, 2010 : 86). Penelitian
ini dilaksanakan di desa Luwung Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon.
2.
Waktu Penelitian
Waktu penelitian dimulai
pada bulan Maret s/d April 2016.
3.
Teknik Shampling
Teknik sampling adalah tehnik pengambilan sampel. Dalam penelitian ini
menggunakan tehnik non propability
sampling dengan metode total
sampling. Total sampling yaitu
tehnik pengambilan sampel jika jumlah populasi dijadikan sampel dalam
penelitian (Arikunto,2006).
E. Instrumen
dan Teknik Pengumpulan Data
1. Instrumen
Penelitian
Instrumen Penelitian adalah
alat-alat yang akan digunakan untuk mengumpulkan data. Instrumen ini dapat
berupa kuesioner (daftar pertanyaan) (Notoatmodjo,2010,87).
Instrumen penelitian ini
menggunakan kuesioner pengetahuan ibu nifas. Kuesioner ini digunakan untuk
mengetahui ibu nifas tentang tanda bahaya masa nifas di Desa Luwung Kecamatan
Mundu Kabupaten Cirebon Tahun 2016.
Kuesioner pengetahuan ibu
tentang tanda bahaya masa nifas menggunakan tipe pertanyaan benar-salah dengan
jumlah 20 pertanyaan.
2. Uji
Validitas Dan Reabilitas
a. Uji Validitas
Validitas adalah suatu
indeks yang menunjukan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur
(Notoatmodjo,2010 : 164). Uji validitas dilakukan untuk menguji kevalidan
setiap pertanyaan dalam mengukur instrumennya. Uji validitas ini digunakan
untuk tiap pertanyaan. Teknik uji validitas yang digunakan adalah kolerasi
product moment, skor pertanyaan yang di uji validitasnya di kolerasi dengan
skor total seluruh pertanyaan.
Untuk mengetahui apakah
kuesioner yang kita susun tersebut mampu yang mengukur apa yang hendak kita
ukur, maka perlu di uji dengan uji kolerasi antar skor (Nilai) tiap-tiao item
(Pertanyaan) dengan skor total kuesioner tersebut. Bila semua pertanyaan itu
mempunyai kolerasi yang bermakna (construct
validity) berarti semua item (Pertanyaan) kita ukur (Notoatmodjo,2010 :
164-166).
Uji validitas dapat
digunakan rumus Person Product Moment, setelah
di uji dengan menggunakan uji t dan lalu baru dilihat penafsiran dari indeks
kolerasinya (Abdul,Aziz Alimul Hidayat,2011 : 105).
Keterangan :
r :
Koefisien kolerasi product moment
n : Jumlah responden
X : Sekor pertanyaan
Y :
Sekor total
ƩX : Jumlah skor dalam
variabel X
ƩY : Jumlah skor dalam
variabel Y
ƩX² : Jumlah kuadrat masing-masing
skor X
ƩY² : Jumlah kuadrat
masing-masing skor Y
Suatu item instrumen dikatakan valid bila nilai
kolerasi > sebaliknya jika nilai kolerasi < berarti tidak valid (Notoatmodjo,2010).
b. Uji
Reabilitas
Reabilitas menunjukan pada
suatu pengertian bahwa instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai
alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik, instrumen yang tidak
baik akan bersifat tendensis, mengarahkan responden memilih jawaban-jawaban
tertentu. Apabila ditanya memang benar sesuai dengan kenyataan, maka berapa
kalipun diambil akan sama hasilnya (Arikunto,2015).
Keterangan :
r : Koefisien reabilitas instruen yang di cari
k : Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya
soal
Ʃơt² : Jumlah ariasi skor butir soa ke-n
ơt² : Ariasi total
Ada 3 ting,katan
reabilitas,yaitu :
a.
<0,59 maka tingkat reabilitas rendah
b.
0,60 - 0,89 maka
tingkat reabilitas sedang
c.
0,90 - 1,00 maka
tingkat reabilitas tinggi
Kepuasan Uji :
a.
Bila nilai Cronbah's Alpha ≥ konstanta (0,6), maka
pertanyaan reliabel
b.
Bila nilai Cronbah's Alpha < konstanta (0,6),
maka pertanyaan tidak reliabel.
3. TeknikPengumpulan
Data
Teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini menggunakan data primer yaitu data dikumpulkan sendiri
oleh peneliti dari yang sebelumnya tidak ada dan tujuannya disesuaikan dengan
keperluan peneliti (Hidayat,2010).
a.
Data Primer
Data primer ini diperoleh
langsung dari responden dengan cara membacakan kuisioner kemudian dijawab oleh
ibu nifas.
Sebelum membagikan kuesioner, responden diberikan lembar informed consent (Lembar Persetujuan),
diberi pengarajan tentang cara mengisi kuisioner dan difasilitasi alat tulis
untuk pengisian kuisioner, penelitian ini dilakukan atas persetujuan dan juga
kesediaan responden.
b.
Data Sekunder
Data sekunder adalah data
dikumpulkan tidak langsung oleh si peneliti melainkan oleh pihak lain, terdiri
dari data internal (data yang berasal dari ligkungan sendiri seperti hasil
penelitian sebelumnya, data medical record dll) dan data eksternal (data
berasal dari lingkungan luar seperti publikasi, instansi, badan ilmiah dll.
Dalam penelitian ini data sekundernya adalah buku registrasi ibu bersalin dan
nifas di uskesmas Mundu pada saat penelitian dilakukan yang dilihat pada buku
registrasi ibu bersalin dan nifas.
F. Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan
salah satu langkah yang penting karena data yang diperoleh langsung dari
penelitian masih mentah, belum memberikan informasi apa-apa, dan belum siap
disajikan.
Langkah – langkah pengolahan data sebagai berikut :
a.
Editing (Penyunting
Data)
Peneliti memeriksan dan
mengedit kelengkapan data yang diharapkan, tujuannya adalah untuk mengurangi
kesalahan atau kekurangan yang ada di dalam daftar pertanyaan yang sudah
diselesaikan sampai sejauh ini.
b.
Coding (Kartu
Kode)
Melakukan pengkodean pada
tiap data yang terkumpul dimaksudkan untuk membedakan karakter instrumen guna
memudahkan dalam langkah pengolahan selanjutnya, secara manual atau menggunakan
kalkulator atau komputer. Dalam penelitian ini tindakan coding dilakukan untuk kuesioner tentang pengetahuan ibi nifas
tentang masalah-masalah tanda bahaya nifas dimana jawaban kuesioner ini
menggunakan skala Gluttman dengan kategori benar nilai 1 dan salah nilai 0.
c.
Skoring
Penelitian data dengan
memberikan skor pada item-item yang perlu diberi skor (Arikunto,2013:215).
d.
Tubulassi
Data dan Entry Data
Pada tahap ini dilakukan
perhitungan nilai hasil pre-test dan post-test yang telah dapat kemudian
pengolahan data disusun dan ditampilkan kedalam bentuk table dan grafik,
kemudian memindahkan data dengan bantuan program computer SPSS 16.0 Windows.